Agar trading Anda tak melulu soal perdagangan mata uang alias valas, maka tak ada salahnya mulai melirik peluang di instrumen lain dari golongan komoditas. Saat ini trading komoditas menjadi salah satu primadona di dunia investasi. Istilah yang berasal dari bahasa Perancis, commodité, ini digunakan untuk menyebut sesuatu atau benda yang relatif mudah diperdagangkan, dapat diserahkan secara fisik, ditukarkan dengan produk lain yang sejenis, hingga disimpan dalam jangka waktu tertentu.
Berdasarkan jenisnya, komoditas dapat dikelompokkan menjadi dua: Hard Commodity dan Soft Commodity. Hard Commodity berhubungan dengan berbagai golongan komoditas yang perlu proses pertambangan atau ekstraksi, sementara Soft Commodity digunakan untuk menyebut komoditas dari sektor agrikultur. Lantas, adakah perbedaan lainnya dari dua golongan komoditas tersebut? Mari simak ulasan selengkapnya berikut ini.
Mengenal Dua Golongan Komoditas
Hard Commodity
Hard Commodity adalah istilah untuk menyebut komoditas yang diambil dari alam melalui aktivitas pertambangan atau ekstraksi, seperti minyak bumi, emas, dan komoditas tambang lainnya. Hard Commodity juga kerap digunakan sebagai tolok ukur kondisi kesehatan ekonomi negara pengekspornya, karena permintaan global akan golongan komoditas ini dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi negara yang bersangkutan di masa mendatang.
Terlepas dari kemampuannya menggerakkan perekonomian suatu negara, golongan komoditas satu ini juga banyak dipilih oleh investor karena sifatnya yang lebih tahan lama dan tidak mudah rusak. Perubahan cuaca maupun iklim tidak berdampak langsung pada jumlah produksi maupun ketersediaannya. Sebaliknya, fluktuasi harga pada Hard Commodity lebih bergantung pada aspek fundamental makro ekonomi global, seperti pertumbuhan GDP (Gross Domestic Product), produksi industri, dan perubahan suku bunga.
Baca juga: Wajib Tahu! Perdagangan Komoditas Bilateral dan Multilateral
Satu jenis komoditas dari golongan Hard Commodity yang dianggap aman untuk ditradingkan kapanpun adalah emas. Selain sangat berharga, emas juga banyak dimanfaatkan oleh investor sebagai aset lindung nilai (safe haven) bila terjadi konflik atau gonjang ganjing di pasar finansial. Tidak seperti uang atau aset lainnya, emas tidak terpengaruh dan tidak berisiko kehilangan nilainya di tengah ketidakjelasan finansial atau politik. Bahkan, emas dalam portfolio investasi dapat membantu mengurangi kerugian saat pasar saham ambruk.
Soft Commodity
Berbeda dengan Hard Commodity, golongan komoditas yang termasuk Soft Commodity berasal dari sektor agrikultur atau peternakan, misalnya jagung, kakao, gandum, karet, susu, atau daging. Karena berasal dari sektor non-pertambangan, maka tak heran jika berbagai komoditas dari kelompok ini tidak berumur panjang.
Sementara faktor penggerak Hard Commodity didominasi oleh aspek-aspek fundamental perekonomian, fluktuasi harga pada Soft Commodity lebih dipengaruhi oleh faktor iklim dan cuaca. Apabila kondisi cuaca serta iklim di lingkungan tanam sedang bagus dan sesuai kebutuhan, maka jumlah produksi berikut harga komoditas terkait akan stabil. Namun lain halnya jika cuaca mendadak ekstrem; pergerakan harga pada Soft Commodity bisa jadi tak terkontrol. Selain karena iklim dan cuaca, fluktuasi harga komoditas dari sektor agrikultur juga dipengaruhi oleh banyak hal, mulai dari kenaikan harga input (pupuk, bibit, benih, obat, peralatan, serta tenaga kerja), penemuan teknologi baru yang bisa meningkatkan produktivitas budidaya, hingga harga aset komoditas lain yang berhubungan (misalnya harga ayam dengan pakan ayam).
Berdasarkan ilustrasi tersebut, dapat dikatakan bahwa harga-harga Soft Commodity lebih tidak stabil karena mekanisme penetapan harganya bergantung pada berbagai faktor eksternal. Alasan ini pulalah yang mendasari beberapa negara lebih memilih untuk tidak menggantungkan roda perekonomiannya pada aktivitas produksi maupun ekspor Soft Commodity. Akan tetapi, ada pula negara yang berhasil mengandalkan golongan komoditas ini sebagai penyumbang devisa terbesar.
Sebut saja Brazil yang menjadi negara penghasil kopi terbesar di dunia, di mana tingginya nilai produksi kopi memiliki peran penting dalam perkembangan perekonomian negeri Samba tersebut. Ada pula Ghana yang mengandalkan kakao sebagai komoditas agrikultur terpentingnya.
Baca juga: Mengenal Kontrak Berjangka Indeks Saham
Nah, itulah pembahasan mengenai dua golongan komoditas yang wajib Anda tahu. Sebab, perbedaan yang signifikan dari kedua jenis komoditas tersebut adalah fluktuasi harga yang lebih tidak stabil pada instrumen soft commodities. Dengan begitu, Anda bisa lebih mendalami analisa teknikal dan fundamentalnya jika ingin trading kopi ataupun kakao. Ingin belajar trading Komoditi ataupun forex? Yuk, buka Jurnal TPFX sekarang dan temukan ilmu trading yang terpercaya! Jangan lupa daftar menjadi trader di sini! TPFx merupakan perusahaan broker terpercaya dan diawasi serta diregulasi oleh BAPPEBTI