Faktor yang Memengaruhi Komoditas Kakao

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi harga Kakao berhubungan dengan penawaran dan permintaannya, atau dengan kata lain, Supply dan Demand atas Kakao itu sendiri. Harga Kakao di Indonesia, misalnya, akan dipengaruhi oleh seberapa banyak produksi Kakao dalam negeri dan impor Kakao, dibandingkan dengan kebutuhan akan Kakao oleh perusahaan-perusahaan manufaktur serta permintaan ekspor. Terjadinya perubahan-perubahan besar dalam komponen pembentuk penawaran dan permintaan tersebut dapat mempengaruhi harga Kakao. Berikut ini beberapa rincian dari faktor-faktor yang mempengaruhi harga Kakao:   

1. Kondisi Negara-Negara Penghasil Kakao Terbesar Di Dunia 

Tahukah Anda, meskipun produksi dalam negeri terhitung kecil, tetapi Indonesia merupakan negara penghasil Kakao terbesar ketiga di dunia. Posisi Indonesia hanya sejengkal di belakang Pantai Gading (Cote d’Ivoire) dan Ghana. Namun, Pantai Gading dan Ghana memproduksi lebih dari dua pertiga suplai  Oleh sebab itu, kondisi di kedua negara ini jauh lebih berdampak pada harga Kakao dunia. 

 

Apabila cuaca bagus di Pantai Gading dan Ghana menghasilkan panen berlimpah, maka pasokan Kakao dunia akan meningkat, sehingga harga cenderung melemah. Lebih dari itu, karena Kakao termasuk komoditas yang dapat disimpan dalam tempo cukup lama, maka timbunan di gudang bisa terakumulasi, apabila panen berlimpah terjadi berulang kali. 

Kondisi surplus (oversupply) seperti ini dapat menjadi penyebab harga Kakao turun. Selain kondisi alam, faktor lain yang dapat mempengaruhi harga Kakao dari negara penghasil Kakao terbesar adalah sosial-politik. Pantai Gading dan Ghana sama-sama berlokasi di benua Afrika yang rentan krisis politik. Selain itu, perkebunan-perkebunan Kakao di sana telah lama dituduh mempekerjakan anak-anak tak terdidik dengan jam kerja yang tidak manusiawi. 

Bahkan, pernah beredar video soal kemiskinan akut hingga para buruh perkebunan Kakao tak pernah mencicipi coklat yang notabene merupakan hasil olahan utama Kakao. Hal ini dapat mendorong perusahaan-perusahaan dengan etika bisnis tinggi untuk memilih Kakao produksi negara lainnya.   

Baca juga: Apakah Harga Komoditas Memiliki Volatilitas yang Tinggi?

2. Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Kakao 

Apabila ada kekhawatiran tentang Kakao produksi Afrika karena masalah etis, apakah kemudian Kakao Indonesia dapat menjadi pilihan berikutnya? Tunggu dulu. Salah satu masalah yang membuat korporasi mancanegara khawatir untuk mempercayakan suplai Kakao pada Indonesia adalah maraknya hama Penggerek Buah Kakao (PBK). 

 

Serangan PBK mengakibatkan buah Kakao menjadi belang-belang kuning-hijau atau kuning-jingga, dengan lubang-lubang gerekan tempat keluarnya larva. Kemudian setelah dibelah, nampak biji-biji Kakao kecil-kecil karena tidak berkembang, berwarna hitam, dan melekat satu sama lain. Pada tahun 2015, hama PBK di Indonesia sempat melanda sejumlah sentra produksi Kakao, termasuk Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Maluku. 

 

Dalam sebuah laporan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, disebutkan bahwa harga Kakao Indonesia di Terminal Kakao New York terus menurun dari USD250 USD menjadi USD125 per ton, jauh dari harga kakao asal Pantai Gading USD250-300 per ton, sehubungan dengan serangan hama Penggerek Buah Kakao (PBK) itu. Sampai saat ini, pemerintah telah mensosialisasikan bermacam-macam upaya untuk mengendalikan hama PBK. Namun, masih saja ada petani Kakao yang terdampak.   

 

3. Kesadaran Akan Gaya Hidup Sehat 

Sejak sekitar tahun 2016, peningkatan kesadaran akan gaya hidup sehat telah banyak disebut-sebut sebagai penyebab harga Kakao turun. Belum ada penelitian mendalam mengenai hal ini, tetapi disinyalir pokok perkaranya ada dua. Pertama, mayoritas produk Kakao saat ini non-organik, sedangkan kesadaran akan gaya hidup sehat mendorong orang-orang untuk lebih mencari Kakao organik. 

 

Oleh karena itu, meskipun permintaan secara global meninggi dan mendorong harga Kakao naik, tetapi kenaikan harga Kakao belum tentu dinikmati oleh semua petani. Kedua, kegunaan produk turunan Kakao utamanya untuk campuran dalam berbagai kudapan manis, yang dianggap sebagai biang beragam penyakit. 

 

Sebagai contoh, banyak orang tua modern melarang anak-anaknya memakan terlalu banyak kudapan manis, termasuk produk cokelat turunan Kakao, dan memilih memberikan snack ringan berupa buah atau kacang-kacangan. Menurut penelitian, konsumsi cokelat memang bermanfaat bagi kesehatan, tetapi ini khusus untuk produk cokelat tanpa pemanis, yang peminatnya jauh lebih sedikit.   

 

Baca juga: Kopi Sebagai Soft Commodity, Cuan Gak Sih

4. Kurs Valas 

Dalam perdagangan internasional, banyak golongan komoditas diperdagangkan menggunakan perantara mata uang Dolar AS. Oleh karena itu, harga komoditas di pasar dunia umumnya berhubungan terbalik dengan kurs Dolar AS, termasuk Kakao. Apabila nilai tukar Dolar AS melemah, maka harga Kakao dunia cenderung menguat; sedangkan jika Dolar AS menguat, maka harga Kakao dunia cenderung melemah. 

Bagi petani lokal Indonesia, fenomena ini boleh jadi tidak terlalu berdampak, meskipun kurs Dolar AS punya pengaruh terhadap harga Kakao dunia. Mayoritas produksi Kakao Indonesia masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Selain itu, ketika Dolar AS menguat, belum tentu petani yang menjual barangnya ke mancanegara dirugikan, karena eksportir tetap bisa mendapatkan keuntungan dari pelemahan kurs Rupiah terhadap Dolar AS.

Itulah pembahasan mengenai faktor yang mempengaruhi komoditas kakao. Ingin belajar trading Komoditi ataupun forex? Yuk, buka Jurnal TPFX sekarang dan temukan ilmu trading yang terpercaya! Jangan lupa daftar menjadi trader di sini! TPFx merupakan perusahaan broker terpercaya dan diawasi serta diregulasi oleh BAPPEBTI

 

 

image-artikel