Catat! Ini 6 Fakta Trading Support Resistance Menggunakan Price Action

Dalam dunia trading, penggunaan support dan resistance merupakan salah satu pendekatan yang populer dan efektif dalam analisis pasar. Ketika mengkombinasikan konsep support dan resistance dengan metode price action, Anda dapat memiliki pendekatan yang kuat dalam mengidentifikasi peluang trading yang berpotensi menguntungkan. 

Dalam artikel ini, kita akan membahas enam fakta penting yang perlu Anda ketahui tentang trading support resistance menggunakan price action. Dengan pemahaman yang mendalam tentang konsep ini, Anda dapat meningkatkan kemampuan analisis teknikal Anda dan mengambil keputusan trading yang lebih baik. Jadi, mari kita mulai eksplorasi ini dan temukan bagaimana support dan resistance bersama price action dapat memberikan keuntungan yang signifikan dalam trading Anda.

Mitos dan Fakta Trading Menggunakan Support dan Resistance

Ada beberapa mitos yang berkembang mengenai cara trading menggunakan support dan resistance. Berikut adalah beberapa mitos yang perlu dipahami:

  1. Mitos: Support dan resistance adalah level yang pasti.
    Fakta: Support dan resistance adalah area atau zona di mana harga cenderung berhenti atau berbalik. Mereka tidak selalu terjadi dengan presisi matematika. Harga bisa bergerak di sekitar level tersebut dan dapat terjadi penembusan sementara sebelum harga kembali ke zona support atau resistance.
  2. Mitos: Semakin banyak level support atau resistance, semakin baik.
    Fakta: Terlalu banyak level support atau resistance dapat menyebabkan kebingungan dan mempersulit analisis. Penting untuk mengidentifikasi level yang lebih signifikan dan berfokus pada mereka yang memiliki pengaruh yang lebih besar pada pergerakan harga.
  3. Mitos: Harga akan selalu berbalik di level support atau resistance.
    Fakta: Meskipun support dan resistance seringkali menunjukkan area di mana harga berpotensi berbalik, itu tidak selalu terjadi. Ada kemungkinan bahwa harga bisa menembus level tersebut dan melanjutkan tren sebelumnya. Oleh karena itu, penting untuk mengonfirmasi sinyal trading dengan alat analisis lainnya dan mengelola risiko dengan manajemen yang tepat.
  4. Mitos: Setelah support ditembus, itu akan menjadi resistance, dan sebaliknya.
    Fakta: Meskipun ada kecenderungan bahwa support yang ditembus dapat berubah menjadi resistance, dan sebaliknya, hal ini tidak selalu terjadi. Pada beberapa kasus, level support yang ditembus bisa menjadi level yang tidak relevan lagi. Oleh karena itu, penting untuk tetap fleksibel dan memperhatikan pergerakan harga aktual.
  5. Mitos: Support dan resistance harus berupa garis lurus.
    Fakta: Support dan resistance tidak selalu berbentuk garis lurus. Mereka dapat berupa garis diagonal, kanal, atau area berbentuk zona. Penting untuk mengidentifikasi level-level ini berdasarkan pola harga yang terbentuk di pasar.
  6. Mitos: Mesti melihat data historis, makin jauh waktunya makin akurat.
    Fakta: Jika Anda trader jangka pendek, maka tidak perlu melihat data historis hingga tahunan yang lalu. Cukup buka 3 hingga 6 bulan yang lalu. Namun, jika Anda trader jangka Panjang, melihat data historis lampau sangat penting, sebab level kuncinya mungkin saja terulang atau tampak di chart yang sekarang.

Menghindari mitos-mitos ini penting agar dapat memahami dengan lebih baik penggunaan support dan resistance dalam trading. 

Baca juga: Backtesting dan Price Action Trading: Menguji dan Mengoptimalkan Strategi Anda

Fakta Trading Support dan Resistance Menggunakan Price Action

  1. Sebelum menarik garis Support dan Resistance, tentukan level-level kunci (key levels) terlebih dahulu pada plot jangka panjang sebelum di plot jangka pendek. Dikarenakan garis Support dan Resistance akan lebih signifikan di jangka panjang apabila telah diujikan berkali-kali.  Key levels jangka panjang ini bisa dilihat di chart dengan time frame daily atau weekly, dengan catatan Anda mesti melihat pengaruhnya pada 3-6 bulan ke belakang. Sementara untuk jangka pendeknya, Anda bisa tentukan dengan melihat pada chart 4-hour yang masih berpengaruh di chart daily-nya.
  2. Perhatikan key level Support dan Resistance-nya. Sebab, mungkin saja itu adalah key level harga yang telah diuji karena mengalami penolakan (rejection) beberapa kali. Sebaliknya, level Support dan Resistance jangka pendek justru mudah ditembus dan kurang teruji
  3. Jika muncul area dengan tanda value yang mana itu adalah zona saat harga bergerak ranging atau sideways. Area ini juga bisa disebut sebagai level Support dan Resistance. Anda bisa menggunakan formasi setup Price Action yang terbentuk di level-level tersebut untuk membuka posisi. 
  4. Pada pasar Uptrend, level Resistance akan cenderung untuk ditembus (break), begitu juga dengan Downtrend yang mana level Support juga cenderung untuk ditembus. Ini penting untuk Anda pahami jika hendak menentukan rasio risiko dan reward.
  5. Untuk saham sendiri, indeksnya lebih volatile dengan range harian yang lebih besar. Terlebih, pasar saham memiliki sesi perdagangan yang terbatas (tidak terjadi terus-menerus selama 24 jam seperti forex dan emas). Meskipun begitu, untuk menentukan level Support dan Resistance-nya tetaplah sama dan cenderung lebih mudah.
  6. Untuk trading emas, makin jauh periodenya dan makin sering diuji, level-level tersebut akan makin signifikan. Biasanya, level-level jangka pendek akan kurang signifikan karena cenderung mudah ditembus. Jika Anda tetap ingin menarik garis dari level jangka pendek, cukup tarik saja 1 atau 2 level yang paling berpengaruh. Ini penting agar Anda bisa menentukan level stop loss dan take profit.

Cara Trading Support dan Resistance Menggunakan Price Action

Cara trading support dan resistance dengan price action melibatkan penggunaan level-level support dan resistance yang signifikan dalam analisis chart harga. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diikuti:

  1. Identifikasi level support dan resistance: Analisis chart harga untuk mencari level-level support dan resistance yang kuat. Fokus pada area di mana harga telah berbalik atau berhenti sebelumnya. Anda dapat menggunakan pola-pola candlestick, level Fibonacci, atau indikator teknikal lainnya untuk membantu mengidentifikasi level-level ini.
  2. Perhatikan reaksi harga: Amati bagaimana harga bereaksi ketika mendekati level support atau resistance. Jika harga mendekati level support dan memantul naik, ini dapat menjadi sinyal beli. Sebaliknya, jika harga mendekati level resistance dan memantul turun, ini dapat menjadi sinyal jual. Perhatikan juga pola-pola candlestick yang terbentuk di sekitar level-level tersebut, seperti pin bar atau engulfing, yang dapat mengkonfirmasi sinyal trading.

    Baca juga: Pengaruh Price Action Terhadap Hasil Trading

  3. Konfirmasi dengan price action: Gunakan price action untuk mengkonfirmasi sinyal trading pada level support dan resistance. Perhatikan pembentukan pola-pola candlestick yang mengindikasikan pembalikan atau kelanjutan tren, seperti doji, hammer, atau engulfing. Pola-pola ini dapat memberikan sinyal yang lebih kuat dan dapat diandalkan untuk entry point atau exit point.
  4. Tetapkan level stop loss dan take profit: Setelah memasuki perdagangan berdasarkan level support atau resistance yang valid, tentukan level stop loss dan take profit yang tepat. Stop loss akan melindungi Anda dari kerugian yang besar jika harga bergerak berlawanan dengan posisi Anda. Take profit akan membantu Anda mengunci keuntungan saat harga mencapai target yang diinginkan.

Selalu bersikap realistis dan tidak mengandalkan sepenuhnya pada support dan resistance. Gunakanlah sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan trading, tetapi selalu perhatikan kondisi pasar secara menyeluruh dan gunakanlah alat analisis lainnya untuk mengkonfirmasi sinyal trading yang Anda dapatkan dari price action.

image-artikel