Banyak trader meyakini, strategi hedging dalam forex bisa menjadi cara efektif mengurangi risiko. Ide menahan dua posisi trading yang berlawanan memang cukup menarik untuk diterapkan. Apalagi, ada pula strategi memanfaatkan korelasi pair yang membuat penerapan hedging jadi makin memikat untuk dipelajari. Namun benarkah hedging bisa melindungi posisi Anda dari kerugian? Faktanya, banyak trader justru merasa kesulitan mengambil manfaat dari strategi hedging. Banyak di antara mereka terjebak dalam locking positions, situasi dimana trader tak tahu kapan harus melepas salah satu posisi hedging. Trader malah seringkali merugi, karena membuka 2 posisi artinya terkena spread 2 kali. Biaya trading seperti spread tentunya tak bisa dikesampingkan begitu saja, apalagi jika volatilitas harga sedang bergejolak.
Itulah mengapa, tidak semua trader cocok dengan strategi hedging. Agar terhindar dari risiko-risiko di atas, maka sebaiknya jauhi strategi hedging jika Anda termasuk ke dalam tipe trader berikut ini :
Sering Salah Analisa
Kualitas pertama yang dibutuhkan dalam kesuksesan strategi hedging adalah ketajaman analisa. Untuk mengetahui kapan saatnya meng-hedging posisi loss, di level mana hedging bisa dibuka, dan teknik apa yang bisa diterapkan, Anda perlu mengetahui peluang pergerakan harga terlebih dulu. Jika analisa seringkali tidak akurat, maka bukan tidak mungkin strategi hedging Anda berakhir gagal. Contoh mudahnya, bayangkan Anda baru saja entry buy EUR/USD di harga 1.0800. Ketika harga terus turun hingga menyentuh level 1.0700, Anda memutuskan untuk melakukan hedging. Jika menganut teknik paling sederhana, open buy dan sell di pair yang sama, maka selanjutnya Anda akan membuka posisi sell EUR/USD di level 1.0700 itu tadi. Tak lama kemudian, harga kian melemah sampai ke 1.0600.
Di saat seperti itu, Anda bisa saja meyakini jika harga telah terkonfirmasi bearish, dan menutup posisi buy. Namun bagaimana jika selanjutnya harga justru rebound? Bukannya menambal kerugian dari posisi buy sebelumnya, Anda justru menderita loss lebih banyak karena order sell masih terbuka. Itulah mengapa, perhitungan analisa yang akurat sangat diperlukan oleh pengguna strategi hedging. Risiko kesalahan analisa pada teknik ini bisa berlipat, karena ada lebih dari 1 posisi yang harus di-manage. Di samping itu, ketidaktepatan analisa akan menyebabkan kerugian yang tidak perlu. Dalam contoh trading di atas, Anda tak akan menderita kerugian lebih besar, jika analisa trading Anda memberikan sinyal untuk tidak terburu-buru menutup posisi buy.
Tidak Punya Money Management
Di tahap ini, Anda tentunya sudah paham jika hedging memerlukan pembukaan 2 posisi trading (minimal). Jadi pastinya, dengan melakukan hedging, Anda akan memperbesar ukuran dan risiko trading. Belum lagi, spread juga perlu diperhitungkan karena masing-masing posisi akan dikenai potongan dari biaya trading tersebut.
Agar akun trading tetap aman meski Anda membuka banyak posisi untuk keperluan hedging, pastinya diperlukan ketahanan dana yang cukup untuk menopang posisi-posisi trading yang masih floating. Money management harus menjadi prioritas, agar Anda bisa menempatkan ukuran trading di tiap posisi secara ideal. Jika trading Anda tidak mengaplikasikan money management, maka itu artinya Anda belum siap untuk menghadapi risiko hedging.
Baca Juga : Hedging trading Forex: Pengertian, Jenis dan Cara Kerja
Masih Emosional
Sudah jadi rahasia umum bila emosi bukanlah kawan yang tepat dalam bertrading. Trader selalu disarankan untuk meminimalisir pengaruh emosi sebisa mungkin, karena keputusan-keputusan trading yang dipengaruhi emosi cenderung berujung pada kerugian besar. Namun sayangnya, tingkat kesulitan, tekanan, dan risiko di strategi hedging membuat trader lebih rentan pada ketidakstabilan emosi. Untuk meng-hedging posisi pertama, Anda perlu membuka posisi kedua. Jika order kedua tersebut tidak berhasil, maka Anda harus meng-hedging-nya dengan posisi ketiga.
Apabila masih gagal juga, bisa saja Anda terpancing untuk membuka posisi ke-4, ke-5, ke-6, dan seterusnya. Dalam kondisi seperti itu, Anda sudah bertrading di luar rencana dan secara otomatis meningkatkan risiko kerugian. Selain itu, strategi hedging membutuhkan banyak kesabaran untuk mendapatkan hasil akhir yang profitable. Seringkali, trader dituntut untuk bisa menghadapi posisi-posisi floating dan masing-masing loss serta profitnya dengan penuh kesabaran. Jika Anda masih emosional dan tidak telaten, maka kesulitan seperti itu akan mudah memicu keputusan-keputusan yang merugikan, seperti halnya mengambil jalan pintas termudah dengan menutup semua posisi, tanpa memperhitungkan untung ruginya.
Kurang Pengalaman
Ketajaman analisa, money management yang terukur, dan pengendalian emosi, merupakan 3 hal yang bisa diasah seiring dengan bertambahnya pengalaman trading. Jadi, wajar saja bila trader yang masih minim pengalaman tidak direkomendasikan untuk mendekati risiko hedging.
Mereka yang sudah pernah merasakan jatuh bangun dan masih bertahan di pasar forex, pastinya telah banyak belajar dan terlatih untuk menghadapi kesulitan-kesulitan hedging. Selain itu, para trader berpengalaman telah memiliki kesabaran serta mental trading yang sangat dibutuhkan untuk menjamin stabilitas emosi ketika mengolah strategi hedging.
Baca Juga : Hedging vs Netting: Mana yang Lebih Baik?
Strategi Hedging Tak Mustahil Untuk Diterapkan
Tak perlu berkecil hati jika Anda masih pemula atau belum memiliki skill yang terasah dalam analisa trading. Kesempatan menggunakan strategi hedging bukannya sama sekali tertutup bagi Anda. Pengalaman bisa membuat Anda menjadi trader yang memiliki ketajaman analisa, money management, dan kontrol emosi. Oleh karena itu, banyak-banyaklah belajar tentang strategi hedging, sembari Anda mengumpulkan pengalaman yang diperlukan. Sebagai rekomendasi, menguji teknik hedging bisa dilakukan di akun demo terlebih dulu agar Anda terhindar dari risiko real. Ingin belajar trading forex lebih lanjut? Download Ebook TPFX sekarang dan temukan ilmu trading yang terpercaya! Jangan lupa daftar menjadi trader di sini! TPFx merupakan perusahaan broker forex terpercaya dan diawasi serta diregulasi oleh BAPPEBTI.