Market Summary
Pound Sterling (GBP) mengalami tekanan signifikan terhadap dollar AS (USD) pada perdagangan hari Jumat (13/6), seiring meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran. Pasangan GBP/USD turun tajam ke kisaran 1.3530 karena pelaku pasar beralih ke aset safe haven seperti dollar AS.
Israel meluncurkan serangan udara besar-besaran ke berbagai target militer di Iran, termasuk fasilitas nuklir. Sebagai respons, Iran meluncurkan serangan drone dalam jumlah besar. Ketegangan ini membuat para investor menghindari aset berisiko, mendorong penguatan Dolar AS secara luas terhadap mayoritas mata uang utama.
Dollar AS Menguat Sebagai Safe Haven, Pound Tertekan
Dollar AS kembali menunjukkan perannya sebagai aset aman saat krisis, setelah beberapa bulan kehilangan daya tarik tersebut. Indeks dollar (DXY) naik 0,45% ke level 98,30, pulih dari level terendah tiga tahun yang dicapai sehari sebelumnya. Penguatan Dolar membuat Pound menjadi salah satu mata uang utama dengan kinerja terlemah hari itu, hanya mengungguli dolar Australia dan Selandia Baru.
Sementara itu, investor juga memburu obligasi pemerintah AS, menurunkan imbal hasil obligasi 10 tahun ke level terendah satu bulan di 4,31%. Harga emas melonjak hingga 1,7% ke level tertinggi sejak awal Mei di tengah permintaan aset lindung nilai.
Data Ekonomi Inggris Mengecewakan, Tekanan Tambahan untuk GBP
Selain faktor geopolitik, pelemahan Pound juga diperburuk oleh rilis data ekonomi Inggris yang menunjukkan perlambatan. Produk Domestik Bruto (PDB) Inggris bulan April tercatat mengalami kontraksi sebesar 0,3%, lebih buruk dari perkiraan. Di sisi lain, tingkat pengangguran naik ke 4,6%, tertinggi sejak Juli 2021, sementara pertumbuhan lapangan kerja melambat.
Kondisi pasar tenaga kerja yang melemah dan penurunan aktivitas manufaktur meningkatkan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi yang lebih dalam di Inggris. Hal ini menambah beban terhadap prospek Pound menjelang keputusan suku bunga Bank of England (BoE).
Fokus Pasar Beralih ke Keputusan Suku Bunga The Fed dan BoE
Para pelaku pasar kini menantikan pengumuman kebijakan moneter dari Federal Reserve (The Fed) dan BoE pada pekan depan. Kedua bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya. Namun, perhatian utama tertuju pada proyeksi suku bunga atau dot plot dari The Fed, yang bisa memberikan sinyal terkait potensi pemangkasan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan.
Data inflasi AS yang melambat baru-baru ini memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada September, dengan total penurunan diperkirakan mencapai 50–55 basis poin hingga akhir tahun.
Sementara itu, investor juga akan mencermati data inflasi konsumen Inggris (CPI) untuk bulan Mei yang dijadwalkan rilis pada Rabu mendatang. Data ini akan menjadi bahan pertimbangan penting bagi BoE untuk menentukan arah kebijakan moneternya selanjutnya.
Data Sentimen Konsumen AS Menjadi Sorotan Selanjutnya
Menjelang penutupan perdagangan akhir pekan, perhatian pasar juga tertuju pada survei awal dari University of Michigan terkait sentimen konsumen di Amerika Serikat, untuk melihat bagaimana kondisi rumah tangga menghadapi dinamika ekonomi bulan ini.
Analisis Teknikal
Dari sisi teknikal, analisis Trading Central menunjukkan bahwa pergerakan GBP/USD masih cenderung bearish pada time frame H4, dengan level pivot di 1.3600. Selama harga bergerak di bawah level ini, tren penurunan diperkirakan akan berlanjut menuju area support di 1.3500–1.3425.
Sebagai skenario alternatif, apabila harga berhasil menembus ke atas 1.3600, maka potensi penguatan dapat terbuka untuk menguji area resistance di 1.3635–1.3670.
Resistance 1: 1.3600 Resistance 2: 1.3635 Resistance 3: 1.3670
Support1: 1.3500 Support 2: 1.3460 Support 3: 1.3425
Dapatkan update seputar trading di tpfx.co.id . Buka akun demonya disini GRATISS. Semoga artikel ini memberikan wawasan yang berguna dan membantu dalam perjalanan trading Anda.