Peluang Trading US Oil Pasca OPEC+ Meeting
Peluang trading US Oil pasca OPEC+ meeting menjadi sorotan utama awal pekan ini. Harga minyak naik setelah OPEC+ memutuskan menahan kenaikan produksi pada kuartal pertama 2026. Keputusan tersebut membantu meredam kekhawatiran pasar terhadap potensi kelebihan pasokan global. Namun, data manufaktur yang lemah di Asia menahan penguatan harga lebih lanjut.
Pada sesi Senin pagi, Brent crude naik 0,43% menjadi $65,05 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,41% ke $61,23 per barel. Langkah OPEC+ dinilai sebagai strategi hati-hati di tengah ketidakpastian permintaan dan dinamika geopolitik yang masih tinggi.
OPEC+ Menahan Produksi Hingga Maret 2026
Dalam hasil pertemuan terbarunya, OPEC+ menyetujui kenaikan produksi sebesar 137.000 barel per hari pada Desember, sama seperti dua bulan sebelumnya. Namun, kelompok tersebut memutuskan menunda kenaikan tambahan untuk Januari, Februari, dan Maret 2026 karena faktor musiman dan potensi surplus pasokan di awal tahun.
Menurut analis energi dari ING, keputusan ini menunjukkan pengakuan atas risiko surplus besar yang mungkin terjadi di awal 2026. Meskipun demikian, besarnya kelebihan pasokan masih bergantung pada dampak sanksi AS terhadap ekspor minyak Rusia. Jika aliran minyak Rusia terganggu, ekspektasi surplus bisa berkurang dan mendukung harga dalam jangka menengah.
Faktor Geopolitik dan Dampak Sanksi AS
Rusia tetap menjadi variabel utama dalam dinamika pasokan global. Sanksi baru AS terhadap perusahaan besar seperti Rosneft dan Lukoil, serta serangan drone Ukraina terhadap fasilitas energi Rusia, memperburuk ketidakpastian pasar. Seorang analis menilai kondisi ini memberi alasan kuat bagi OPEC+ untuk mempertahankan kebijakan konservatif hingga situasi lebih stabil.
Serangan terbaru di pelabuhan minyak Tuapse, salah satu terminal utama di Laut Hitam, menyebabkan kebakaran dan kerusakan kapal. Gangguan semacam ini menambah tekanan pada rantai pasokan dan berpotensi menciptakan volatilitas harga dalam jangka pendek.
Aktivitas Rig dan Produksi Minyak AS
Laporan Baker Hughes mencatat penurunan jumlah rig aktif di AS sebesar enam unit menjadi 414 rig dalam sepekan terakhir. Penurunan harga minyak beberapa bulan terakhir masih menekan kegiatan pengeboran. Namun, produksi minyak mentah AS tetap mencatat rekor baru 13,8 juta barel per hari pada Agustus, naik 2,9% secara tahunan.
Data spekulatif juga menunjukkan perubahan besar di pasar berjangka. Posisi net long pada ICE Brent meningkat tajam karena kombinasi pembelian baru dan penutupan posisi short. Pergerakan ini menunjukkan sebagian pelaku pasar mulai mengambil posisi antisipatif terhadap potensi perubahan arah harga pada awal tahun depan.
Arah Pergerakan Harga dan Peluang Trading
Dengan keputusan OPEC+ menahan produksi dan ketegangan geopolitik yang terus berkembang, peluang trading US Oil pasca OPEC+ meeting tetap terbuka lebar. Ekspektasi surplus pasokan pada kuartal pertama 2026 bisa menekan harga dalam jangka pendek, tetapi risiko gangguan pasokan dari Rusia dapat memicu lonjakan mendadak.
Pelaku pasar akan fokus memantau data produksi AS, laporan stok mingguan, serta perkembangan sanksi terhadap Rusia. Kombinasi faktor-faktor ini diperkirakan menjadi penggerak utama volatilitas harga minyak sepanjang kuartal pertama 2026.
Analisis Teknikal
Dari sisi teknikal, analisis Trading Central menunjukkan bahwa pergerakan US Oil pada time frame harian masih berada dalam tren bullish, dengan level pivot di 60,75. Selama harga bertahan di atas level tersebut, peluang kenaikan diperkirakan masih terbuka untuk menguji area resistance 61,95–62,40.
Sebagai alternatif skenario, jika harga menembus ke bawah 60,75, potensi pelemahan dapat berlanjut menuju area support 60,50.
Resistance 1: 61,95 Resistance 2: 62,40 Resistance 3: 63,00
Support1: 60,75 Support 2: 60,50 Support 3: 60,00
Dapatkan update seputar trading di tpfx.co.id . Buka akun demonya disini GRATISS. Semoga artikel ini memberikan wawasan yang berguna dan membantu dalam perjalanan trading Anda.
