Umumnya, masyarakat hanya mengenali suku bunga dalam konteks hubungan dengan perbankan, yaitu saat akan membuka deposito atau akan mengajukan pinjaman (aplikasi kredit). Ketika suku bunga rendah, masyarakat cenderung untuk mengajukan pinjaman. Sedangkan jika suku bunga tinggi maka masayarakat akan enggan meminjam pada bank. Dalam lingkup makro, efek perubahan suku bunga dapat meluas hingga menjangkau semua sektor pada suatu negara. Untuk mengetahui selengkapnya, simak ulasan mengenai Pengaruh Suku Bunga Terhadap Perekonomian berikut ini.
Suku bunga yang dinaikkan atau diturunkan oleh bank sentral akan direspon oleh pelaku pasar dan penanam modal. Sehingga berefek terhadap perekonomian.
1. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Perekonomian Secara Umum
Pada dasarnya, masyarakat akan bereaksi pada perubahan suku bunga secara relatif terhadap kondisi perekonomian terkini. Fluktuasi suku bunga berpengaruh pada keinginan masyarakat untuk meminjam uang di bank. Secara teoritis, makin rendah suku bunga, maka semakin tinggi keinginan masyarakat untuk meminjam uang di bank. Artinya, pada tingkat suku bunga rendah maka masyarakat akan lebih terdorong untuk meminjam uang di bank untuk memenuhi kebutuhan maupun untuk melakukan ekspansi usaha. Sebaliknya, saat suku bunga tinggi maka masyarakat akan cenderung menyimpan uang di bank daripada menggunakannya.
Dalam konteks perekonomian internasional, perubahan suku bunga mempengaruhi persepsi dan minat investor asing untuk membawa dananya masuk ke suatu negara. Umpama suku bunga di Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya, maka investor asing akan lebih tertarik untuk menanamkan dana di Indonesia dengan harapan dapat memperoleh imbal hasil lebih tinggi. Sedangkan jika suku bunga di Indonesia lebih rendah, maka investor asing akan makin kurang tertarik untuk menanamkan modal di sini. Malah, jika suku bunga terlalu rendah, salah-salah investor domestik bisa ikut-ikutan melarikan dananya ke luar negeri.
Dapat disimpulkan bahwa pengaruh suku bunga terhadap perekonomian suatu negara perlu dilihat dari minimal tiga sisi, yaitu:
- Perubahan perilaku masyarakat konsumen.
- Perubahan perilaku masyarakat pebisnis.
- Perubahan perilaku masyarakat investor.
Untuk memahaminya lebih lanjut, kita akan menilik pengaruh suku bunga pada sektor perumahan (housing), ketenagakerjaan (employment), dan aliran modal (capital flows).
2. Suku Bunga Terhadap Sektor Perumahan
Perumahan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, selain sandang dan pangan. Ketersediaan perumahan yang terjangkau telah menjadi salah satu parameter kesejahteraan hidup di berbagai negara maju. Sehingga berbagai data terkait sektor perumahan dirilis untuk memantau kondisinya dari waktu ke waktu. Secara khusus, data-data ini juga akan dipantau untuk mengevaluasi kebijakan suku bunga. Mengapa demikian?
Ketika suku bunga rendah, maka orang-orang akan termotivasi untuk mengajukan kredit perumahan, atau yang dikenal di Indonesia dengan nama KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Ini merupakan keputusan rasional karena biaya bunga yang harus dibayar pun tentunya lebih kecil. Bahkan, orang-orang di Denmark bisa mendapatkan bunga meski memiliki utang KPR, karena suku bunga-nya negatif. Apabila pemerintah dan bank sentral tidak menyiapkan kebijakan lain untuk mengendalikan sektor perumahan pada situasi suku bunga rendah, maka dapat mengakibatkan housing bubble.
Housing bubble ditandai dengan harga perumahan yang membubung tinggi hingga tak terjangkau bagi mayoritas konsumen potensial, karena permintaan atas perumahan jauh lebih besar ketimbang persediaannya. Akibatnya, banyak orang takkan mampu lagi untuk membeli rumah, meski suku bunga rendah.
Sebaliknya, ketika suku bunga meningkat lagi, maka orang-orang yang sudah memiliki KPR akan dihadapkan pada beban pembayaran bunga lebih tinggi (tergantung skema bunga yang diaplikasikan). Apabila peningkatan bunga tersebut terlalu tinggi, maka bisa mengakibatkan kredit macet massal. Para nasabah KPR dapat memilih mangkir bayar KPR dan membiarkan rumahnya diambil alih oleh bank.
3. Suku Bunga Terhadap Ketenagakerjaan
Pinjaman perbankan merupakan suatu komponen tak terpisahkan dalam perekonomian masa kini. Pebisnis manapun akan membutuhkan jasa perbankan untuk menjalankan aktivitasnya, mulai dari fasilitas pembayaran dan penjaminan dalam ekspor-impor, pembayaran gaji karyawan (payroll), hingga kredit usaha.
Ketika suku bunga rendah, para pengusaha di sektor riil akan termotivasi untuk mengajukan pinjaman guna memperluas skala bisnisnya. Pinjaman tersebut dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan, baik pengadaan mesin-mesin baru, pendirian pabrik baru, pembukaan toko atau cabang di wilayah lain, merintis pemasaran produk melalui channel baru, dan lain sebagainya. Sebagai konsekuensi dari tindakan-tindakan bisnis ini, para pengusaha akan membuka lebih banyak lowongan kerja. Seandainya para pengusaha itu tak ingin memperluas usaha pun, biaya bunga pinjaman yang lebih rendah tetap mengurangi beban usaha, sehingga mereka bisa menawarkan gaji lebih tinggi pada para karyawan lama.
Sebaliknya, suku bunga tinggi dapat mendorong kenaikan beban usaha, sehingga para pebisnis bisa “lebih pelit” dalam memberikan kenaikan gaji bagi karyawan maupun merekrut orang baru. Mereka pun akan cenderung enggan untuk memperluas usaha karena peningkatan risiko yang ditimbulkan oleh kenaikan bunga tersebut. Oleh karenanya, bank sentral perlu selalu memastikan kesehatan kondisi sektor ketenagakerjaan dulu sebelum menaikkan suku bunga. Apabila banyak pengangguran dan gaji stagnan, maka bank sentral dipandang perlu menunda kenaikan suku bunga.
Meski demikian, tidak lantas berarti suku bunga rendah itu pasti bagus bagi para pebisnis. Dalam kondisi suku bunga sangat rendah, perbankan akan enggan menyalurkan pinjaman pada perusahaan-perusahaan, karena imbal hasilnya kecil. Akhirnya, dana yang tersimpan di perbankan bisa jadi dialokasikan ke instrumen investasi lain. Seperti investasi yang menawarkan keuntungan lebih besar, tetapi berisiko lebih tinggi. Dalam situasi seperti itu, perusahaan-perusahaan akan kesulitan mendapatkan pinjaman, sedangkan sektor finansial negara tersebut menjadi rentan terguncang.
4. Suku Bunga Terhadap Aliran Modal
Aliran modal dalam bahasan ini merujuk pada keluar dan masuknya modal dari dan ke suatu negara. Pengaruh suku bunga terhadap perekonomian yang terbesar sebenarnya berakar pada aliran modal. Bagaimana bisa begitu? Investor dan spekulan pasar keuangan internasional yang selalu mengejar keuntungan akan menjadikan suku bunga suatu negara sebagai salah satu barometer utama untuk mengukur imbal hasil investasi di negara tersebut. Umpama suku bunga Amerika Serikat lebih tinggi daripada Jepang, maka orang akan memilih untuk berinvestasi di AS daripada Jepang. Tentu ada berbagai pertimbangan lainnya, tetapi suku bunga merupakan komponen vital.
Fenomena ini terutama tampak saat bank sentral AS menaikkan suku bunganya antara tahun 2017-2018, setelah mempertahankan suku bunga sangat rendah selama beberapa tahun sebelumnya. Ketika bank sentral AS memberlakukan rezim suku bunga rendah, aliran modal masuk ke negara-negara berkembang seperti Indonesia dalam jumlah besar. Setelah bank sentral AS menaikkan suku bunga-nya, aliran modal keluar dari negara-negara berkembang secara beramai-ramai, hingga nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS anjlok pada kurun waktu yang sama.
Teori inilah yang perlu diperhatikan: jika aliran modal ke suatu negara meningkat, maka permintaan atas mata uangnya meningkat pula, sehingga nilai tukar mata uangnya berpotensi menguat. Sebaliknya, jika aliran modal ke suatu negara menurun, maka permintaan atas mata uangnya bakal berkurang, sehingga nilai tukar mata uangnya berpotensi melemah. Ulasan selengkapnya mengenai bahasan ini dapat Anda simak pada artikel “Aliran Modal Dan Tingkat Suku Bunga“.
Penutup
Tinjauan pengaruh suku bunga pada empat sektor ini hanya merupakan contoh diantara banyak aspek lain. Anda dapat melihat bahwa suku bunga rendah atau tinggi memiliki konsekuensinya masing-masing terhadap perekonomian suatu negara. Bank sentral yang berwenang menentukan kebijakan suku bunga, bertugas pula memantau semua aspek tersebut agar pengambilan keputusan tetap menunjang stabilitas dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Anda bisa ikut kelas gratis TPFx dengan click ini. Dapatkan update seputar trading di tpfx.co.id . Buka akun demonya disini GRATISS. Semoga artikel ini memberikan wawasan yang berguna dan membantu dalam perjalanan trading Anda.
Selamat trading dan semoga sukses!