Anda sering memantau pergerakan harga emas setiap harinya saat trading emas online? Jika ya, pasti Anda tahu salah satu sentimen pasar yang kerap mempengaruhi nilai sang logam mulia. Hal itu tak lain dan tak bukan adalah rencana pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat, The Fed.
Perkembangan terbarunya, tingkat fluktuasi harga emas relatif tinggi setelah otoritas moneter ini mengumumkan akan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak dua kali pada tahun 2023. Alias, meninggalkan rezim kebijakan moneter longgar, yang selama ini diberlakukan sejak pandemi COVID-19 berlangsung.
Lantas, apa jampi-jampi yang diucapkan The Fed sehingga bikin harga emas oleng? Berikut penjelasan singkatnya.
Siapakah The Fed?
The Fed alias The Federal Reserve adalah bank sentral Amerika Serikat yang memiliki wewenang untuk mengatur suku bunga acuan dan kebijakan moneter lainnya. Seluruh kebijakan tersebut ditujukan agar AS memiliki sistem moneter dan finansial yang aman, stabil, dan fleksibel.
Selaku bank sentral pada umumnya, The Fed pun memiliki wewenang untuk mengatur suplai, distribusi uang, dan kredit.
Demi merumuskan serangkaian kebijakan tersebut, para pejabat The Fed biasanya berkumpul dalam satu pertemuan yang disebut rapat Federal Open Market Committee (FOMC).
Adapun, pertemuan yang dilakukan delapan kali dalam kurun satu tahun itu membahas berbagai hal mulai dari kondisi makroekonomi dan sikap The Fed dalam memutuskan untuk melakukan kebijakan moneter dalam bentuk menaikkan tingkat suku bunga acuan guna menekan laju inflasi.
Baca juga: Wajib Tahu! Ini Waktu Trading Emas Terbaik
Cara The Fed Mempengaruhi Harga Emas
The Fed adalah arsitek kebijakan moneter di AS, sehingga segala gerak-geriknya tentu akan mempengaruhi kondisi makroekonomi di negara tersebut. Termasuk, gejolak yang ada di pasar emas.
Namun, hal ini jangan diartikan bahwa The Fed memang benar-benar bisa mempengaruhi harga emas! Apa alasannya? Seperti yang kita tahu, harga sebuah benda terbentuk dari skema permintaan dan penawaran. Nah, perubahan harga akan terjadi jika ada syok yang melanda salah satu di antara keduanya.
Khusus harga trading emas, selama ini syok lebih banyak terjadi dari sisi permintaan. Di mana, salah satu penyebab syok tersebut adalah reaksi investor terhadap pengumuman dan kebijakan moneter The Fed.
Beberapa analis sepakat bahwa terdapat dua jalur mengenai bagaimana The Fed bisa menciptakan syok di sisi permintaan emas. Berikut penjelasannya!
-
Suku Bunga Acuan
Layaknya bank sentral pada umumnya, The Fed akan menaikkan suku bunga acuan demi meredam laju inflasi yang kencang. Sebaliknya, mereka akan menurunkan suku bunga acuan demi menaikkan laju konsumsi dan memacu ekonomi.
Nah, ketika The Fed menaikkan suku bunga acuan, maka hal itu akan diikuti dengan kenaikan tingkat suku bunga.
Investor tentu akan memalingkan perhatiannya dari emas saat suku bunga meningkat. Sebab, mereka tentu akan lebih cuan menaruh uang di instrumen lain yang mendapatkan keuntungan dari rezim suku bunga yang tinggi. Utamanya, obligasi pemerintah.
Lagipula, memiliki emas di saat suku bunga acuan tinggi dipandang merugikan lantaran emas tidak menghasilkan imbal hasil yang dihitung berdasarkan suku bunga. Namun, bukan berarti setiap kenaikan suku bunga acuan berdampak langsung ke harga emas. Semuanya tergantung dengan besaran tingkat inflasi dan juga besaran kenaikan suku bunganya.
Jika kenaikan suku bunga acuan lebih tinggi dibanding tingkat inflasinya, maka suku bunga riilnya pun akan meningkat. Hal tersebut tentu akan memicu peristiwa di atas. Namun, jika yang terjadi adalah kebalikannya, maka bisa jadi harga emas tak terpengaruh dengan kenaikan suku bunga acuan.
Sehingga, dalam hal ini, yang menjadi pemicu pergerakan harga emas adalah reaksi investor terhadap perubahan di suku bunga riil, bukan suku bunga acuan The Fed. Meski memang, pergerakan suku bunga riil sangat dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga acuan The Fed.
Apalagi menilik dari sejarahnya, terdapat beberapa kasus di mana kenaikan harga emas terjadi saat suku bunga The Fed menanjak.
Salah satunya terjadi pada 1970-an silam. Kala itu, harga emas berhasil mencapai angka tertingginya selama abad 20 dan hal itu terjadi ketika suku bunga sedang tinggi-tingginya.
Riset Goldmoney juga mengatakan, harga emas justru meningkat 4,85% selama siklus kenaikan suku bunga. Bahkan, kenaikannya lebih tinggi dibandingkan siklus suku bunga rendah yang hanya 4%.
-
Kinerja The Fed
Selain suku bunga, harga emas juga dipengaruhi oleh kepercayaan investor terhadap kemampuan The Fed dalam menstabilkan ekonomi. Ketika investor percaya bahwa The Fed bisa memperbaiki nilai dolar AS dan memiliki kebijakan moneter yang mumpuni, maka investor tentu akan menjauhi emas. Begitu pun sebaliknya. Mengapa demikian?
Kala The Fed bisa menstabilkan tingkat inflasi dan menjaga nilai dolar AS, maka investor tentu saja semakin berani untuk masuk ke pasar aset berisiko. Utamanya, adalah pasar modal. Sebab, situasi ekonomi yang mumpuni tentu bikin investor yakin bahwa taruhannya di aset-aset tersebut akan berbuah manis di masa depan.
Namun, investor pasti akan menjauhi aset berisiko ketika The Fed dianggap gagal dalam menstabilkan ekonomi dan nilai tukar. Sehingga, di saat-saat seperti demikian, investor akan memalingkan perhatiannya ke emas. Ini lantaran emas dianggap sebagai aset lindung nilai dan safe haven, yang bisa melindungi kekayaan seseorang saat iklim investasi tengah mendung. The Fed pernah mengeluarkan itu merupakan kebijakan yang menyebabkan para investor memilih memborong emas, sehingga mendorong harga logam mulia.
Baca juga: Catat! Ini Kiat Penting Seputar Trading Dengan Price Action
Namun, situasi ekonomi AS pun berubah cerah setelah quantitative easing dijalankan. Alhasil, investor kembali merangsek masuk pasar berisiko dan meninggalkan emas. Hal itu membuat emas memasuki bear market.
-
Nilai Mata Uang
Kebijakan moneter The Fed juga mempengaruhi nilai mata uang. Ketika nilai mata uang melemah, hal ini dapat memperkuat harga emas karena emas diperdagangkan dalam dolar AS.
-
Stabilitas Ekonomi
The Fed memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi dan mempengaruhi harga emas. Ketika kondisi ekonomi stabil, harga emas cenderung lebih rendah dan sebaliknya.
-
Kebijakan Fiskal
The Fed dan pemerintah sering berkoordinasi dalam kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal yang pro-pertumbuhan dapat memperlemah harga emas, sedangkan kebijakan fiskal yang pro-stabilitas dapat memperkuat harga emas.
Itulah pembahasan mengenai pengaruh The Fed terhadap harga emas. Walaupun harga emas dan kebijakan moneter The Fed saling berpengaruh. The Fed memiliki kebijakan moneter yang berpengaruh terhadap tingkat suku bunga, inflasi, dan nilai mata uang. Ketika The Fed menaikkan suku bunga, hal ini membuat mata uang lebih menarik bagi investor dan memperlemah harga emas. Sebaliknya, jika The Fed memotong suku bunga, hal ini dapat memperkuat harga emas karena investor cenderung memilih emas sebagai alternatif investasi yang lebih aman. Namun, pengaruh The Fed terhadap harga emas tidak selalu pasti dan dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti kondisi ekonomi global.
Ingin belajar trading Komoditi ataupun forex? Yuk, buka Jurnal TPFX sekarang dan temukan ilmu trading yang terpercaya! Jangan lupa daftar menjadi trader di sini! TPFx merupakan perusahaan broker terpercaya dan diawasi serta diregulasi oleh BAPPEBTI