Market Summary
Indeks-indeks utama Wall Street ditutup melemah pada hari Jumat (21 Juni), dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik yang terus meningkat antara Israel dan Iran, serta ketidakpastian arah kebijakan militer Amerika Serikat. Meskipun Presiden AS Donald Trump memilih untuk menunda aksi militer langsung terhadap Iran, pasar tetap dalam kondisi hati-hati menjelang akhir pekan.
Pasar Saham AS Melemah di Tengah Ketegangan Timur Tengah
Indeks S&P 500 melemah 0,21%, sedangkan Nasdaq Composite turun 0,49%. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average justru mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,09 poin atau 0,09% menjadi 42.210,13. Pergerakan indeks cenderung fluktuatif sepanjang sesi perdagangan, mencerminkan sikap hati-hati investor.
“Investor tampaknya enggan melakukan pembelian saham menjelang akhir pekan karena situasi geopolitik yang belum jelas,” ujar seorang analis pasar.
Harga Minyak Turun Tipis, Namun Sentimen Tetap Positif
Harga minyak dunia turun pada akhir pekan, dengan Brent turun 2,3% ke $77,01 per barel dan WTI ditutup turun 0,28% di $74,93 per barel. Meskipun demikian, kedua kontrak minyak utama tersebut mencatatkan kenaikan mingguan masing-masing sebesar 3,6% dan 2,7%.
Sentimen positif terhadap minyak masih didorong oleh penurunan signifikan persediaan minyak mentah AS, yang tercatat sebagai penarikan mingguan terbesar dalam setahun. Di sisi lain, keputusan Trump untuk menunda intervensi militer memberi harapan pada pendekatan diplomatik atas konflik dengan Iran. Namun, volatilitas tetap tinggi seiring dengan laporan serangan balasan Israel terhadap situs strategis di Teheran.
“Meskipun ada penahanan aksi langsung, konflik ini tetap berisiko memicu eskalasi yang bisa mengganggu infrastruktur minyak global,” ujar pengamat pasar energi.
Emas Melemah di Tengah Likuidasi dan Ketidakpastian The Fed
Harga emas dunia ditutup melemah 0,13% ke $3.365,91 per ounce pada hari Jumat, mencatatkan penurunan mingguan pertama dalam tiga minggu terakhir. Investor cenderung menjual emas untuk menutupi kerugian di aset lain, khususnya saham, seiring dengan meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran.
Harga emas sempat menyentuh level terendah satu minggu di sekitar $3.350 per ounce. Tekanan juga datang dari ekspektasi kebijakan moneter Federal Reserve, yang meskipun mengindikasikan dua pemangkasan suku bunga pada akhir tahun, tetap memberi peringatan soal inflasi akibat tarif yang diberlakukan pemerintahan Trump.
Perpecahan di The Fed Soal Arah Kebijakan Suku Bunga
Para pembuat kebijakan The Fed mulai memberikan komentar pertama mereka setelah Ketua Jerome Powell pada hari Rabu menyatakan kemungkinan penurunan suku bunga tahun ini, meski mengingatkan akan adanya inflasi yang tetap tinggi.
Perbedaan pendapat pun mencuat: satu gubernur mendukung pemangkasan suku bunga secepatnya pada pertemuan berikutnya, sementara lainnya menyatakan belum ada urgensi untuk bertindak. Hal ini menimbulkan ketidakpastian di pasar, meskipun imbal hasil obligasi AS 10 tahun turun 2 basis poin menjadi 4,375%.
Powell juga memperingatkan untuk tidak terlalu berpegang pada proyeksi, mengingat dinamika ekonomi dan kebijakan fiskal yang bisa berubah secara signifikan.
Dollar Menguat, Euro dan Yen Tertekan
Dollar AS menguat terhadap sejumlah mata uang utama, mencapai level tertinggi dalam tiga minggu terhadap yen. Indeks dollar naik 0,03% pekan ini, dengan euro justru menguat tipis 0,3% ke $1,1528.
Permintaan terhadap aset safe haven turut mendukung penguatan dollar di tengah kekhawatiran terhadap eskalasi konflik Timur Tengah. Di sisi lain, pasar tetap memantau potensi intervensi militer AS dan kelanjutan perundingan nuklir dengan Iran.
Bursa Asia dan Eropa Bergerak Positif di Tengah Stimulus dan Diplomasi
Sementara pasar AS cenderung lesu, bursa saham di Asia dan Eropa menunjukkan performa lebih positif. Indeks Hang Seng di Hong Kong dan Kospi di Korea Selatan menguat, terdorong oleh harapan stimulus ekonomi dari Presiden baru Korea Selatan, Lee Jae Myung.
Bursa Eropa juga ditutup sedikit lebih tinggi, mencerminkan optimisme diplomatik seputar perundingan nuklir Iran dan potensi stabilisasi kawasan. Namun, para investor tetap waspada terhadap kemungkinan “kejadian tak disengaja” yang bisa memicu eskalasi konflik secara drastis.
WEEK AHEAD
(23 – 27 Juni 2025)
Di pekan mendatang, para pelaku pasar global akan mencermati perkembangan konflik antara Israel dan Iran, dengan fokus pada potensi keterlibatan militer Amerika Serikat. Selain itu, pembaruan terkait negosiasi perdagangan global juga akan menjadi perhatian utama. Dari sisi kebijakan moneter, perhatian akan tertuju pada testimoni Ketua Federal Reserve Jerome Powell di hadapan Kongres AS, di mana pasar menanti sinyal arah kebijakan suku bunga berikutnya dengan pendekatan yang tetap bergantung pada data ekonomi.
Fokus Pasar Amerika: Testimoni Powell dan Data Inflasi PCE
Di Amerika Serikat, testimoni Jerome Powell di hadapan Kongres akan menjadi sorotan utama. Pelaku pasar akan mencari indikasi apakah Powell tetap mempertahankan nada hawkish atau mulai membuka peluang pelonggaran kebijakan, dengan tetap menyesuaikan keputusan berdasarkan data yang masuk.
Sejumlah pejabat The Fed lainnya juga dijadwalkan memberikan pidato sepanjang pekan ini. Dari sisi data, laporan Personal Consumption Expenditures (PCE) bulan Mei akan menjadi perhatian, mengingat indikator ini menjadi acuan utama The Fed dalam memantau inflasi. Diperkirakan, belanja pribadi naik 0,3%, meningkat dari bulan sebelumnya 0,2%, sementara pertumbuhan pendapatan pribadi diprediksi melambat menjadi 0,4% dari 0,8% pada April. Inflasi inti PCE diproyeksikan tetap naik 0,1% secara bulanan.
Selain itu, pesanan barang tahan lama (durable goods orders) diperkirakan melonjak 4,5% setelah penurunan tajam 6,3% di bulan sebelumnya. Sementara itu, data PMI awal diperkirakan menunjukkan perlambatan aktivitas di sektor manufaktur dan jasa, mencerminkan ketidakpastian perdagangan yang terus berlanjut.
Rangkaian data penting lainnya meliputi penjualan rumah baru, rumah yang sudah ada, dan rumah yang sedang dalam proses transaksi, indeks harga rumah S&P Case-Shiller, keyakinan konsumen CB, neraca transaksi berjalan kuartal pertama, estimasi awal perdagangan barang dan inventaris grosir, revisi akhir PDB kuartal pertama, serta survei sentimen konsumen dari Universitas Michigan.
Di Kanada, data inflasi dan PDB bulan Mei akan menjadi fokus utama.
Sorotan Eropa: PMI, Iklim Bisnis Jerman, dan Inflasi Spanyol
Di Eropa, data PMI awal dari negara-negara besar akan menjadi perhatian. Diperkirakan, kontraksi manufaktur di zona euro akan terus mereda mendekati level netral, sementara sektor jasa diproyeksikan kembali memasuki fase ekspansi.
Di Jerman, indikator Iklim Konsumen GfK diperkirakan akan mencatatkan kenaikan untuk bulan keempat berturut-turut, dan Indeks Iklim Bisnis Ifo diprediksi mencapai level tertinggi dalam 12 bulan terakhir, menandai kenaikan selama enam bulan berturut-turut.
Dari sisi inflasi, data dari Spanyol dan Prancis akan menjadi kunci.
Inflasi tahunan Spanyol diperkirakan tetap stabil di 2%, sesuai dengan target Bank Sentral Eropa (ECB). Sementara itu, harga konsumen Prancis diperkirakan naik 0,2% dari bulan sebelumnya.
Di Inggris, pasar akan mencermati rilis akhir PDB kuartal pertama. Data penting lainnya meliputi hasil survei tren industri dan perdagangan dari CBI, neraca transaksi berjalan, serta data PMI. Dari Eropa, indikator tambahan mencakup data registrasi mobil zona euro dan sentimen bisnis. Selain itu, pasar juga menunggu indikator bisnis dan konsumen dari Prancis, Italia, dan Spanyol, serta data pengangguran Prancis.
Fokus Asia dan Australia: Kebijakan China, Data Jepang, dan Inflasi Australia
Di Asia, perhatian akan tertuju pada pertemuan Standing Committee of the National People’s Congress di China yang berlangsung pada 24-27 Juni. Pertemuan ini diharapkan membahas undang-undang anti-monopoli dan potensi respons terhadap tarif baru dari Amerika Serikat, serta meningkatnya ketegangan geopolitik. Dari sisi data, China dijadwalkan merilis laporan laba industri.
Di Jepang, investor menunggu rilis indikator penting seperti PMI awal, penjualan ritel, tingkat pengangguran, inflasi Tokyo, serta publikasi ringkasan pandangan dari Bank of Japan yang mungkin memberikan petunjuk baru terkait arah kebijakan moneter. Di Australia, pasar akan fokus pada indikator inflasi bulanan CPI.
Data Mingguan Perdagangan Emas (16 – 20 Juni 2025)
Open : 3.441,65 High : 3.451,16 Low : 3.340,25 Close : 3.368,29 Range : 110,91
GOLD PRE ANALYSIS
WEEKLY VALUE AREA
WEEKLY SUPPORT | WEEKLY RESISTANCE |
S1 3.355 | R1 3.510 |
S2 3.256 | R2 3.566 |
S3 3.20 | R3 3.664 |
Gold Outlook : Bullish
Data Mingguan Perdagangan US Crude Oil (16 – 20 Juni 2025)
Open : 74,36 High : 75,72 Low : 67,85 Close : 73,99 Range : 7,87
OIL PRE ANALYSIS
WEEKLY VALUE AREA
WEEKLY SUPPORT | WEEKLY RESISTANCE |
S1 69,73 | R1 76,19 |
S2 64,83 | R2 81,09 |
S3 58,37 | R3 87,55 |
Oil Outlook : Bullish
Dapatkan update seputar Pasar saham global trading di tpfx.co.id . Buka akun demonya disini GRATISS. Semoga artikel ini memberikan wawasan yang berguna dan membantu dalam perjalanan trading Anda.
Selamat trading dan semoga sukses!