Wajib Tahu! 2 Indikator Ekonomi Leading dan Lagging

indikator ekonomi leading dan lagging

Dalam investasi dan trading pada beberapa instrumen, keberadaan indikator ekonomi sangat penting. Indikator tersebuterdapat di dalam analisa berupa teknikal dan fundamental. Kedua jenis analisa ini tentu tidak boleh tertinggal dalam mengevaluasi dan menilai kinerja sebuah instrumen aset, terutama pada forex. Analisa fundamental adalah salah satu strategi yang populer lantaran mampu memberi informasi yang jelas untuk mengambil suatu keputusan.

Dengan analisa fundamental, investor maupun trader mampu mengambil posisi buy ketika pertumbuhan indikator ekonomi seperti GDP menunjukkan kenaikan yang signifikan, walaupun keputusan itu belum tentu tepat. Trader fundamentalist lebih percaya pada indikator ekonomi untuk membuka posisi buy daripada sinyal oversold yang diberikan indikator teknikal. Namun, indikator teknikal pun memiliki dua jenis indikator yang sama seperti indikator fundamental, yakni leading dan lagging.

Lalu, apa yang dimaksud dengan indikator leading dan lagging? Mari kita simak ulasannya di bawah ini!

 

Apa Itu Indikator Leading?

Indikator ekonomi yang bersifat leading merupakan indikator yang menunjukkan keadaan ekonomi yang akan terjadi. Indikator ekonomi bersifat leading misalnya PMI (Purchasing Managers’ Index), ZEW Economic Sentiment, Indeks Ifo Business Climate Jerman, UoM (University of Michigan) Consumer Sentiment dan CB Consumer Confidence. Indikator-indikator tersebut memberi petunjuk apakah pertumbuhan ekonomi akan meningkat atau turun dalam waktu dekat.

Karena indikator ekonomi yang bersifat leading memiliki potensi memprediksi arah perekonomian, maka pejabat pemerintah sering menggunakannya sebagai acuan dalam menentukan suatu kebijakan. Tujuannya agar dapat merancang kebijakan untuk menanggulangi situasi negatif sedini mungkin, misalnya resesi.

Berikut beberapa indikator ekonomi penting yang bersifat leading. Mari simak langsung di bawah ini!

1. Indikator Ekonomi yang Berhubungan dengan Aktivitas Manufaktur

Aktivitas dalam bidang manufaktur adalah salah satu indikator penting yang berdampak langsung pada pertumbuhan tingkat perekonomian yang diwakili oleh besaran GDP. GDP naik, berarti tingkat permintaan (demand) juga naik. Peningkatan permintaan akan barang dan jasa bakal mendorong peningkatan permintaan atas sumber daya manusia, yang berarti menambah lapangan pekerjaan dan mungkin juga mendorong kenaikan tingkat upah.

Indikator penting yang berhubungan dengan aktivitas manufaktur adalah PMI (Purchasing Managers’ Index), Industrial Production dan Factory Orders. Namun, produk manufaktur yang dihasilkan perindustrian tidak langsung jatuh ke tangan konsumen, melainkan disimpan terlebih dahulu sebagai inventory (persediaan/stock) di gudang, sehingga kita perlu melihat juga data Retail Sales untuk mengetahui nilai uang dari keseluruhan produk retail yang telah terjual.

2. Retail Sales

Indikator Retail Sales mengukur output aktivitas manufaktur yang sesungguhnya, dalam arti nilai uang yang dihasilkan dari penjualan produk retail pada suatu periode tertentu. Perlu diperhatikan, peningkatan tajam Retail Sales akan berpengaruh langsung pada kenaikan GDP, yang pada akhirnya akan memperkuat nilai mata uang. Dengan kata lain, kenaikan data Retail Sales berarti perekonomian sedang membaik atau menuju ke perbaikan.

3. Building Permits dan Housing Start

Building Permits adalah izin mendirikan bangunan rumah atau gedung. Data ini memberi gambaran tingkat persediaan perumahan ataupun jenis bangunan lainnya (perkantoran, hotel dan sebagainya). Peningkatan Building Permits berarti industri konstruksi akan bergairah, dan kebutuhan tenaga kerja juga akan bertambah, serta berujung pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, Housing Start adalah indikator dimulainya pembuatan fondasi sebagai tindak lanjut dari Building Permits.

Baca juga: 3 Indikator Trading untuk Strategi Trader Long Term

4. Home Sales atau Housing Sales

Naik turunnya tingkat penjualan perumahan akan berdampak langsung pada perekonomian. Seperti terjadi saat fenomena “Housing Bubble” di Amerika Serikat pada tahun 2007 lalu. Saat itu, persediaan perumahan melebihi permintaan, sehingga harganya jatuh dan pekerjaan konstruksi terhenti, berimbas pada naiknya tingkat pengangguran. Selain itu, penerimaan pemerintah dari pajak properti juga akan berkurang, hingga berdampak negatif pada perekonomian. Di AS, indikator penjualan perumahan mencakup Existing Home Sales, Pending Home Sales dan New Home Sales.

5. Sentimen Bisnis

Sentimen bisnis yang tinggi menggambarkan optimisme pebisnis dan investor yang dapat menggerakkan roda perekonomian. Karenanya, ini merupakan indikator leading bagi naiknya pertumbuhan di masa depan. Di Amerika Serikat, indikator sentimen bisnis yang penting adalah UoM (University of Michigan) Consumer Sentiment dan Philly (Philadelphia) Fed Manufacturing Index.

 

Apa Itu Indikator Lagging?

Indikator ekonomi yang bersifat lagging adalah indikator yang menunjukkan perubahaan keadaan ekonomi yang telah terjadi. Tidak seperti indikator ekonomi yang bersifat leading, jenis indikator ekonomi ini ditampilkan setelah terjadi perubahan keadaan ekonomi. Meski tidak menunjukkan arah pergerakan perekonomian, indikator lagging mengonfirmasi perubahan yang telah terjadi dan mengindikasikan tren perubahan besaran ekonomi tersebut dalam jangka panjang.

Sebagai contoh, indikator tingkat pengangguran (Unemployment Rate). Jika tingkat pengangguran naik secara berturut-turut, berarti keadaan ekonomi sedang lesu. Sebaliknya, jika pemerintah optimis keadaan perekonomian akan membaik, maka indikator tingkat pengangguran semestinya akan turun untuk mengonfirmasinya.

Berikut beberapa indikator ekonomi penting yang bersifat lagging, mari simak langsung penjelasannya di bawah ini!

 

1. Gross Domestic Product (GDP)

Gross Domestic Product merupakan patokan tipikal untuk pertumbuhan ekonomi. Jika GDP naik, artinya keadaan ekonomi sedang tumbuh. Data ini sering digunakan oleh sektor bisnis dan industri untuk mengevaluasi pengeluaran belanjanya, kenaikan gaji, ekspansi dan lain sebagainya.

Bank sentral menggunakan patokan GDP di samping laju inflasi sebagai salah satu komponen dalam menentukan tingkat suku bunga. GDP biasanya dirilis per kwartal (q/q); dan tersedia dalam 3 versi, yaitu Advance, Preliminary dan Final. GDP Advance atau Estimated GDP yang pertama dirilis, biasanya berdampak lebih besar.

2. Tingkat Pengangguran (Unemployment Rate)

Indikator ekonomi ini mengukur persentase jumlah pengangguran yang sedang aktif mencari pekerjaan dalam sebulan. Jumlah pengangguran yang tinggi akan mengurangi tingkat pengeluaran konsumen, yang pada akhirnya akan berdampak negatif pada GDP. Selain itu, pengeluaran pemerintah akan bertambah dengan program tunjangan untuk pengangguran (di negara-negara yang menggunakan mata uang utama memang menerapkan program ini).

Di Amerika Serikat, data tingkat pengangguran dirilis secara bulanan. Perilisannya bersamaan dengan jumlah daftar upah pekerja yang menggambarkan perubahan jumlah lapangan pekerjaan di luar sektor industri pertanian (Non Farm Payrolls).

Baca juga: Wow! Ini Pengaruh Ekonomi Global Terhadap Harga Komoditas

3. Tingkat Pendapatan dan Upah Pekerja

Jika perekonomian berjalan dengan efisien, maka tingkat pendapatan dan upah pekerja akan meningkat secara teratur sesuai tingkat inflasi. Jika terjadi penurunan upah, berarti telah terjadi pengurangan jam kerja atau ada banyak pekerja yang dirumahkan. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian sedang lesu atau menuju ke arah resesi. Pemantauannya dapat dilakukan atas data Average Weekly Earnings dan Personal Income.

4. Tingkat Inflasi (Consumer Price Index)

Consumer Price Index (CPI) mengukur perubahan harga barang dan jasa, serta merefleksikan tingkat laju inflasi secara keseluruhan. Jika CPI naik, maka inflasi meningkat. Biasanya, data paling berpengaruh adalah CPI inti (Core CPI), yaitu CPI yang memperhitungkan harga barang dan jasa selain makanan dan energi.

Tingkat inflasi perlu diperhatikan oleh trader karena berhubungan dengan kebijakan bank sentral untuk menentukan tingkat suku bunga. Tingkat inflasi yang tinggi dapat mendorong bank sentral untuk menaikkan tingkat suku bunga.

5. Tingkat Suku Bunga (Interest Rates)

Tingkat suku bunga yang tinggi menyebabkan nilai mata uang menguat. Biasanya, tingkat suku bunga dievaluasi oleh bank sentral secara berkala. Momen itu selalu ditunggu trader, mengingat dampaknya yang sangat signifikan bila bank sentral melakukan perubahan suku bunga atau menyampaikan pesan yang menyimpang jauh dari harapan pasar.

6. Neraca Perdagangan (Trade Balance)

Neraca perdagangan adalah selisih nilai ekspor dan impor barang dan jasa. Surplus bila hasilnya positif, dan defisit bila hasilnya negatif. Dalam jangka panjang, defisit neraca perdagangan akan memperlemah nilai mata uang.

Data neraca perdagangan dirilis sebulan sekali. Di masa lalu, rilis data ini cukup berdampak pada pasar forex sebelum kemudian digeser oleh besarnya dampak rilis data Non Farm Payrolls.

Kesimpulan

Baik analisa teknikal dan fundamental sama-sama dibutuhkan ketika seorang investor ataupun trader ingin meletakkan uangnya dengan harapan mendapatkan profit secara maksimal. Dua jenis analisa ini sama-sama memiliki indikator yang sama, yaitu Leading dan Lagging. Indikator Leading wajib dipahami agar trader mampu memprediksi keadaan ekonomi yang belum terjadi. Sedangkan, indikator Lagging merupakan hal yang bisa dilihat jika terdapat adanya perubahan dalam keadaan ekonomi atau kebijakan di daerah setempat. Sehingga, baik investor maupun trader mampu mengambil keputusan yang tepat terlebih lagi jika menyangkut tujuan keuangan untuk jangka panjang.

Mau jadi trader andal dengan cuan maksimal? Yuk, Download E-book TPFx dan mulai trading dengan klik di sini!

image-artikel