Pengaruh Data Ketenagakerjaan AS pada Kebijakan Moneter

Pengaruh Data Ketenagakerjaan AS pada Kebijakan Moneter

Data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) memainkan peran penting dalam menilai kesehatan ekonomi dan sebagai acuan bagi kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Federal Reserve (The Fed). Investor, analis, dan pembuat kebijakan sering memperhatikan perkembangan data ketenagakerjaan ini untuk memprediksi arah ekonomi dan menilai kebutuhan akan penyesuaian kebijakan, seperti tingkat suku bunga. Artikel ini akan membahas beberapa indikator utama yang sering digunakan dalam menganalisis data Pengaruh Data Ketenagakerjaan AS pada Kebijakan Moneter, pengertian, perbedaan antar data, serta dampaknya terhadap nilai tukar dolar AS dan kebijakan moneter.

Apa Saja Data Ketenagakerjaan AS dan Pengertiannya?

Data ketenagakerjaan AS terdiri dari berbagai indikator yang memberikan wawasan tentang pasar tenaga kerja di negara tersebut. Berikut adalah beberapa data utama yang biasa diperhatikan:

1. Unemployment Claims Data Ketenagakerjaan AS

Unemployment Claims mengacu pada jumlah klaim tunjangan pengangguran yang diajukan oleh individu yang kehilangan pekerjaan. Data ini dirilis mingguan dan mencerminkan kondisi pasar tenaga kerja jangka pendek. Penurunan jumlah klaim ini menunjukkan pasar kerja yang kuat, sementara peningkatan menunjukkan peningkatan pengangguran.

2. JOLTS Job Openings

JOLTS (Job Openings and Labor Turnover Survey) merupakan laporan yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS, yang mengukur jumlah lowongan pekerjaan yang tersedia. Semakin tinggi angka lowongan pekerjaan, semakin besar permintaan untuk tenaga kerja, yang mencerminkan pertumbuhan ekonomi.

3. ADP Employment Change

Data ADP Employment Change disusun oleh ADP (Automatic Data Processing) dan menunjukkan estimasi jumlah pekerjaan baru di sektor swasta. Laporan ini sering dipublikasikan sebelum data Non-farm Payroll dan menjadi indikator awal perubahan di pasar tenaga kerja.

4. Average Hourly Earnings

Data ini mengukur rata-rata kenaikan upah per jam yang diterima oleh para pekerja. Kenaikan dalam upah menunjukkan daya beli masyarakat yang meningkat, namun jika pertumbuhannya terlalu cepat, ini bisa meningkatkan tekanan inflasi.

5. Non-farm Payroll (NFP)

NFP adalah salah satu laporan paling penting yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS setiap bulan. Data ini mencakup jumlah pekerjaan yang tercipta di berbagai sektor kecuali sektor pertanian, pegawai pemerintah, rumah tangga, dan organisasi non-profit. NFP sering menjadi panduan utama dalam menilai kekuatan pasar tenaga kerja.

6. Unemployment Rate

Unemployment Rate mengukur persentase tenaga kerja yang aktif mencari pekerjaan namun belum mendapatkannya. Penurunan tingkat pengangguran biasanya mengindikasikan kondisi ekonomi yang kuat, sedangkan kenaikan bisa mengindikasikan pelemahan ekonomi.

Perbedaan ADP Employment Change dengan Non-farm Payroll dan Lembaga yang Merilisnya

Meskipun ADP Employment Change dan Non-farm Payroll (NFP) sama-sama bertujuan untuk mengukur pertumbuhan pekerjaan, keduanya memiliki beberapa perbedaan utama:

1. Sumber Data dan Penerbit

ADP Nonfarm Employment Change diterbitkan oleh ADP Research Institute bekerja sama dengan Moody’s Analytics. Data ini didasarkan pada data penggajian (payroll) dari perusahaan-perusahaan yang menggunakan layanan ADP, yang mencakup sekitar 400.000 perusahaan dengan lebih dari 26 juta pekerja.

Nonfarm Payrolls (NFP) adalah laporan resmi dari Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS), bagian dari Departemen Tenaga Kerja AS. Data ini diperoleh melalui survei dua sumber: survei rumah tangga dan survei perusahaan, yang mencakup sektor swasta dan publik.

2. Jangkauan Data

ADP hanya mencakup sektor swasta nonpertanian. Ini berarti bahwa sektor-sektor seperti pemerintah, organisasi nirlaba, lembaga rumah tangga, dan pertanian tidak termasuk dalam laporan ADP.

NFP mencakup sektor yang lebih luas, termasuk sektor pemerintah selain sektor swasta nonpertanian. Sehingga, laporan NFP menawarkan gambaran yang lebih komprehensif dari keseluruhan pekerjaan di AS, kecuali sektor pertanian, pekerja rumah tangga, dan organisasi nirlaba.

3. Frekuensi dan Tanggal Rilis

ADP dirilis dua hari sebelum laporan NFP, biasanya pada hari Rabu di minggu pertama setiap bulan. Laporan ini memberikan indikasi awal tentang kondisi pasar tenaga kerja dan sering digunakan untuk memprediksi hasil NFP.

NFP dirilis pada hari Jumat pertama setiap bulan, dan ini adalah data resmi yang digunakan pemerintah AS untuk menilai kondisi pasar tenaga kerja.

4. Metodologi Pengumpulan Data

ADP menggunakan data yang diambil dari sistem penggajian perusahaannya. Metode ini bersifat otomatis dan menggunakan data real-time dari perusahaan-perusahaan yang bermitra dengan ADP.

NFP menggunakan dua survei utama: Survei Rumah Tangga (Household Survey) dan Survei Pemberi Kerja (Establishment Survey). Survei Pemberi Kerja merupakan yang paling penting dalam menghitung total penciptaan lapangan kerja, sementara Survei Rumah Tangga mencatat angka pengangguran.

5. Revisi Data

ADP sering kali merevisi angka pada laporan bulan sebelumnya saat laporan baru dirilis, karena adanya penyesuaian pada data yang diterima dari perusahaan.

NFP juga sering direvisi pada bulan berikutnya, karena hasil survei yang lebih komprehensif atau karena koreksi dari responden.

6. Kegunaan dan Interpretasi

ADP dianggap sebagai indikator awal yang digunakan pelaku pasar untuk memperkirakan laporan NFP. Karena data ini dirilis lebih awal, investor sering menggunakannya untuk memprediksi angka NFP, meskipun tidak selalu akurat.

NFP adalah laporan resmi yang digunakan oleh pemerintah dan Federal Reserve untuk menilai kesehatan ekonomi AS. Ini merupakan indikator utama dalam pengambilan keputusan kebijakan moneter.

7. Tingkat Akurasi dan Ketepatan

ADP meskipun sering dianggap akurat dalam memberikan pandangan awal, tidak selalu selaras dengan NFP. Ada kalanya perbedaan antara data ADP dan NFP cukup signifikan, yang menimbulkan kritik terkait ketepatan data ADP sebagai proksi NFP.

NFP dianggap sebagai sumber data yang lebih komprehensif dan akurat, karena melibatkan lebih banyak sektor dan survei yang lebih luas. Angka ini memiliki dampak yang jauh lebih besar terhadap kebijakan ekonomi dan pasar keuangan.

Dampak Data Ketenagakerjaan AS Terhadap Mata Uang Dolar AS dan Kebijakan Moneter The Fed

Data ketenagakerjaan AS secara langsung memengaruhi nilai tukar dolar AS dan kebijakan moneter The Fed. Berikut beberapa dampaknya:

1. Data Ketenagakerjaan AS Terhadap Dolar AS

Jika data ketenagakerjaan menunjukkan pertumbuhan yang kuat (seperti peningkatan NFP atau penurunan tingkat pengangguran), dolar AS cenderung menguat. Hal ini terjadi karena pasar menafsirkan kondisi ini sebagai tanda bahwa ekonomi AS sedang kuat, yang berpotensi memicu kenaikan suku bunga oleh The Fed. Sebaliknya, data ketenagakerjaan yang lemah sering menyebabkan pelemahan dolar karena menunjukkan potensi pelonggaran kebijakan moneter.

2. Data Ketenagakerjaan AS Terhadap Kebijakan Moneter The Fed

The Fed menggunakan data ketenagakerjaan sebagai salah satu indikator utama dalam menentukan kebijakan suku bunga. Jika pasar tenaga kerja menunjukkan kekuatan, The Fed cenderung lebih hawkish, yaitu menaikkan suku bunga untuk mencegah inflasi. Sebaliknya, jika data ketenagakerjaan melemah, The Fed mungkin akan melonggarkan kebijakan, seperti menurunkan suku bunga untuk merangsang perekonomian.

Kesimpulan Data Ketenagakerjaan AS

Data ketenagakerjaan Amerika Serikat memegang peran penting dalam menilai kondisi ekonomi dan menjadi acuan dalam kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed). Berbagai indikator, seperti Unemployment Claims, JOLTS Job Openings, ADP Employment Change, Average Hourly Earnings, Non-farm Payrolls (NFP), dan Unemployment Rate, memberikan pandangan yang komprehensif mengenai dinamika pasar tenaga kerja.

Meskipun ADP Employment Change dan Non-farm Payrolls (NFP) sama-sama mengukur pertumbuhan lapangan kerja, keduanya berbeda dalam hal sumber data, jangkauan, metode pengumpulan, dan frekuensi rilis. ADP lebih berfokus pada sektor swasta nonpertanian, sementara NFP mencakup sektor yang lebih luas termasuk pemerintah. Perbedaan ini menjadikan NFP sebagai indikator resmi yang lebih diandalkan oleh pemerintah AS dan The Fed dalam merumuskan kebijakan ekonomi.

Kinerja data ketenagakerjaan ini berdampak langsung pada nilai tukar dolar AS dan kebijakan moneter. Data yang kuat cenderung mendukung penguatan dolar dan kebijakan suku bunga yang lebih ketat, sedangkan data yang lemah dapat mendorong pelemahan dolar dan kebijakan pelonggaran oleh The Fed.

Anda bisa ikut kelas gratis TPFx dengan click ini. Dapatkan update seputar trading di tpfx.co.id . Buka akun demonya disini GRATISS. Semoga artikel ini memberikan wawasan yang berguna dan membantu dalam perjalanan trading Anda.

Selamat trading dan semoga sukses!

 

image-artikel