Seberapa sering Anda menggunakan mesin pencari sebagai sarana yang mempermudah kegiatan surfing anda di jagat maya? Saya yakin — apalagi di saat bulan Ramadhan kali ini — sobat TPFx sekalian banyak menggunakannya untuk mencari inspirasi hidangan sahur atau berbuka. Bahkan, bagi yang tidak berpartisipasi dalam kegiatan puasa sekalipun, kita bisa mencari referensi destinasi wisata saat liburan lebaran di bulan April nanti. Entah untuk melihat kondisi pemandangannya, informasi harga, hingga rating yang diberikan oleh netizen yang pernah melancong di sana. Semuanya terasa sangat mudah dengan adanya mesin pencari. Namun, apakah kemudahan ini sudah mencapai puncaknya? Sayangnya tidak, teknologi dan pengetahuan bukanlah entitas yang akan berhenti berinovasi.
Mesin pencari sendiri awalnya menjadi sangat booming di era 1990an. Era di mana pertumbuhan pesat web di seluruh dunia menciptakan kebutuhan untuk mnenyortir dan menyajikan informasi sebagai jawaban atas permintaan penggunanya. Namun pada perkembangan paling spektakuler terjadi di tahun 2000an, di mana Google kemudian menjadi mesin pencari terbesar di dunia, bahkan menyingkirkan perlahan beberapa pesaingnya seperti avista dan bahkan yahoo yang pada waktu itu juga menjadi salah satu mesin pencari favorit.
Perusahaan Google menjelma menjadi sesuatu yang ‘identik’ dengan pencarian itu sendiri. Di Indonesia, bahkan istilah Google memiliki penamaan yang unik, “Mbah Google”. Tiap kita kebingungan mencari suatu istilah, alamat, harga saham hari ini, berita ekonomi, bahkan hingga primbon, jawaban yang jamak dilontarkan adalah: “Tanya Mbah Google aja, deh”.
Pada tahun 2023, mungkin ada sebagian yang sudah tidak menganggap Google sebagai mesin pencari utama, sejak kemunculan ChatGPT yang secara signifikan merubah model mesin pencarian yang dapat “berbicara” dengan penggunanya. Microsoft bahkan telah menginvestasikan sekitar $10 Miliyar ke OpenAi, pencipta ChatGPT. Sebagai gantinya, Microsoft bisa memanfaatkan fitur ChatGPT untuk diaplikasikan di mesin pencari milik Microsoft yang bernama Bing.
Google pun tidak hanya berdiam diri. Mereka juga mengumumkan pengembangan AI yang disebut Bard. Kendati dibuka dengan sesuatu yang kurang baik saat peluncuran demonya, hingga menyebabkan saham Google harus turun sebesar 9% di hari itu. Namun pada peluncuran resmi Bard pada tanggal 21 Maret 2023 lalu, Ia mendapatkan banyak pujian atas fitur yang ditawarkan. Untuk sementara, Bard baru bisa digunakan oleh pengguna yang berasal dari wilayah Amerika Serikat dan Inggris saja.
Melihat Potensi Google dan Microsoft
Sudah tidak bisa dipungkiri lagi, Google perusahaan teknologi raksasa yang mempermudah kehidupan manusia modern. Dengan capaian tersebut, kendati harga saham Google harus babak belur pada periode 2022, agaknya sulit untuk menafikkan potensi Google di tahun ini. Terlebih lagi, harga saham dari Google sedang berada di harga yang undervalued.