Ringkasan Pergerakan Pasar dan Proyeksi Ekonomi Minggu Depan

Economic News & Analysis

Weekend Edition

Market Summary

Investor menunjukkan ketidakpuasan mereka terhadap laporan non-farm payroll AS minggu lalu, bukan hanya karena angka pertumbuhan pekerjaan yang lebih rendah dari ekspektasi, tetapi lebih karena laporan tersebut tidak memberikan kepastian mengenai seberapa besar pemotongan suku bunga The Fed yang akan datang. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa ketidakpastian sikap The Fed bisa memperburuk situasi ekonomi yang sudah rentan. Pasar saham AS pun mengalami penurunan tajam di akhir minggu, dengan indeks utama mencatat kerugian besar, serta penurunan signifikan pada imbal hasil Treasury 10-tahun. Sentimen negatif ini juga menyebar ke pasar lain, seperti minyak dan mata uang kripto.

Nonfarm payrolls tumbuh sebesar 142.000 pekerjaan pada bulan lalu, setelah revisi penurunan menjadi 89.000 pada bulan Juli, menurut laporan dari Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja AS pada hari Jumat. Para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan payrolls meningkat sebesar 160.000 pekerjaan, setelah sebelumnya dilaporkan naik sebesar 114.000 pada bulan Juli. Sementara itu, tingkat pengangguran turun sesuai dengan ekspektasi, menjadi 4,2% dari 4,3% pada bulan Juli, yang menunjukkan perlambatan pasar tenaga kerja yang terkendali.

Yen Jepang menjadi mata uang yang paling diuntungkan minggu ini, mendapat dukungan tambahan dari penurunan imbal hasil obligasi AS dan Eropa. Namun, ada kekhawatiran bahwa penurunan indeks Nikkei dan penguatan Yen bisa menciptakan siklus yang saling memperkuat dan berdampak buruk pada pasar global.

Selain Yen, Franc Swiss juga diuntungkan oleh sentimen penghindaran risiko, menjadikannya mata uang terkuat kedua minggu ini. Euro menempati posisi ketiga. Sebaliknya, Dolar Australia menjadi mata uang berkinerja terburuk, diikuti oleh Dolar Selandia Baru dan Dolar Kanada, yang tertekan oleh melemahnya harga minyak. Sementara itu, Dolar AS dan Pound Inggris menunjukkan hasil yang beragam.

Setelah sempat menguat pada hari Jumat berkat data pekerjaan yang lebih lemah dari perkiraan, saham-saham AS berbalik arah dan turun tajam di akhir minggu. Investor mulai khawatir bahwa pendekatan hati-hati The Fed dalam memangkas suku bunga bisa memperburuk perlambatan ekonomi. S&P 500 turun 4,3% minggu ini, penurunan terburuk sejak Maret 2023, sedangkan NASDAQ jatuh 5,8%, penurunan mingguan terbesar sejak 2022. Dow Jones juga turun 2,9%.

Laporan pekerjaan bulan Agustus memang menunjukkan pertumbuhan yang lemah, tapi belum cukup kuat untuk memastikan pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan The Fed bulan ini. Tingkat pengangguran yang sedikit menurun memberikan sedikit ketenangan, tetapi kekhawatiran inflasi tetap tinggi dengan pertumbuhan upah mencapai 0,4%. Selain itu, sektor jasa masih menunjukkan pertumbuhan yang moderat, sementara sektor manufaktur terus berada dalam resesi.

Pada awalnya, kemungkinan pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin melonjak setelah data pekerjaan dirilis, namun pada akhir hari, peluang itu turun kembali menjadi 30%. Meski begitu, pasar kini memprediksi adanya peluang 91,3% untuk total pemotongan suku bunga 100 basis poin hingga akhir tahun, meningkat dari 70% hanya seminggu sebelumnya. Ini mengindikasikan bahwa pasar masih mengharapkan pemotongan suku bunga, namun dengan pendekatan yang lebih berhati-hati dari The Fed.

Di pasar komoditas, harga emas turun di bawah $2.500 per ounce pada hari Jumat setelah data pekerjaan AS yang beragam memunculkan keraguan tentang pemotongan suku bunga The Fed. Sementara itu, harga minyak mentah WTI juga turun 2,1% menjadi $67,70 per barel, level terendah sejak Juni 2023, di tengah kekhawatiran pasar tentang pasokan dan permintaan global. OPEC+ menunda rencana peningkatan produksi hingga Desember, di tengah kekhawatiran lemahnya permintaan global setelah data ekonomi dari China dan AS menunjukkan penurunan di sektor manufaktur.    

WEEK AHEAD
(09 – 13 September 2024) 

Di minggu mendatang, fokus para pelaku pasar akan tertuju pada sejumlah data ekonomi penting dari berbagai negara yang berpotensi mempengaruhi kebijakan moneter dan arah pasar global. Di Amerika, Eropa, dan kawasan Asia-Pasifik, data inflasi, produksi industri, serta kebijakan suku bunga dari bank sentral akan menjadi sorotan utama, yang diperkirakan akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi ekonomi global. Berikut adalah rangkuman peristiwa ekonomi yang perlu diperhatikan di berbagai kawasan:

Amerika Serikat
Di Amerika Serikat, data inflasi Agustus akan menjadi pusat perhatian. Laju inflasi tahunan diperkirakan turun untuk kelima kalinya berturut-turut menjadi 2,6%, terendah sejak Maret 2021, dari 2,9% pada Juli. Bulanan, baik headline maupun core CPI diperkirakan naik 0,2%, sama seperti bulan sebelumnya. Laporan CPI pada hari Rabu ini akan menjadi petunjuk terakhir sebelum keputusan The Fed di bulan September, yang diharapkan dapat memberikan kejelasan tentang langkah kebijakan moneter berikutnya. Jika angka inflasi ini sesuai dengan perkiraan, The Fed kemungkinan besar akan mengambil keputusan untuk memangkas suku bunga sebesar 25 bps. Namun, jika terjadi kejutan besar yang signifikan di bawah ekspektasi, pemotongan suku bunga 50 bps mungkin lebih realistis.

Selain itu, data harga produsen (PPI) juga akan diawasi, dengan pasar memperkirakan kenaikan 0,2% secara bulanan baik untuk core maupun headline PPI, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang masing-masing naik 0,1% dan 0%. Data penting lainnya termasuk angka awal Michigan Consumer Sentiment, harga ekspor dan impor, Indeks Optimisme Bisnis NFIB, dan kredit konsumen.

Eropa
Di Eropa, perhatian utama akan tertuju pada keputusan kebijakan moneter Bank Sentral Eropa (ECB). ECB diperkirakan akan menurunkan suku bunga utamanya sebesar 25 bps. Namun, pasar akan menunggu apakah Presiden Christine Lagarde tetap berhati-hati dengan pendekatan yang “bergantung pada data” atau memberikan sinyal pemotongan suku bunga lebih lanjut tahun ini. ECB juga akan memperbarui proyeksi ekonominya, yang akan memberikan wawasan tentang keseimbangan risiko dan arah biaya pinjaman ke depan. Rilis ekonomi lainnya di kawasan euro mencakup neraca perdagangan, produksi industri, dan pembacaan akhir inflasi bulan Agustus.

Di Inggris, minggu yang sibuk dengan berbagai rilis data ekonomi akan dipimpin oleh PDB Juli, tingkat pengangguran, neraca perdagangan, dan produksi industri. Sementara itu, Jerman akan mempublikasikan harga grosir Agustus, dan bergabung dengan Italia dan Prancis dalam merevisi tingkat inflasi mereka.

Asia dan Australia
Di China, sorotan akan tertuju pada neraca perdagangan untuk bulan Agustus, dengan ekspektasi pertumbuhan ekspor yang masih tinggi meski melambat, mencerminkan ketergantungan produsen pada penjualan luar negeri, sementara pertumbuhan impor yang lemah mencerminkan permintaan domestik yang melambat. Rilis utama lainnya mencakup inflasi konsumen dan produsen, serta jumlah pinjaman baru dalam mata uang yuan. Pasar juga akan tetap waspada terhadap langkah-langkah baru dari Beijing untuk menahan lonjakan obligasi pemerintah Tiongkok.

Data Mingguan Perdagangan Emas (02 – 06 September 2024)

Open : 2,502.29   High : 2,529.04     Low  : 2,471.77     Close : 2,495.32     Range  : 57.27

GOLD PRE ANALYSIS

WEEKLY VALUE AREA

WEEKLY SUPPORT WEEKLY  RESISTANCE
S1   2,468 R1   2,525
S2   2,441 R2   2,555
S3   2,411 R3   2,583

Gold Outlook : Bullish 

Data Mingguan Perdagangan US Crude Oil (02 – 06 September 2024)

Open : 73.52      High : 74.38      Low  : 67.15      Close : 68.08     Range  : 7.23

                                                 OIL PRE ANALYSIS

                                                                  WEEKLY VALUE AREA

WEEKLY SUPPORT WEEKLY RESISTANCE
S1   65.35 R1   72.58
S2   62.63 R2   77.09
S3   58.12 R3    79.81

Oil Outlook : Bearish

image-artikel