Economic News & Analysis
Weekend Edition
Market Summary
Indeks S&P 500 Amerika Serikat menembus angka 6.000 pada hari Jumat, mencapai rekor baru. Hal ini terjadi bersamaan dengan penurunan imbal hasil Treasury, seiring investor merespons positif kemenangan telak Donald Trump dalam pemilihan presiden. Namun, sentimen sedikit tertahan oleh kurangnya respons fiskal dari China yang tidak sejalan dengan harapan pasar.
Sehari setelah Federal Reserve menurunkan suku bunga sebesar 0,25%, fokus kembali beralih pada dampak pemilihan presiden AS serta perkembangan dari Beijing. Yuan di pasar offshore melemah, sementara saham perusahaan Tiongkok yang terdaftar di bursa AS dan sektor yang terpapar ekonomi China di Eropa mengalami penurunan. Investor kecewa karena stimulus China tidak langsung mengalir ke perekonomian yang sedang menghadapi tekanan.
Meskipun demikian, pasar saham AS menunjukkan ketahanan dengan tetap meningkat. Indeks S&P 500 mencapai puncaknya di 6.012,45 poin sebelum sedikit terkoreksi, tetapi tetap menguat sebesar 0,4% pada penutupan. Indeks Dow Jones juga menguat 0,6%, sementara Nasdaq tetap stabil.
Pekan ini merupakan yang terbaik bagi S&P 500 dan Dow dalam satu tahun terakhir, sedangkan Nasdaq mencatat pekan terbaiknya dalam dua bulan terakhir. Saham Tesla melonjak 8,2%, membawa kapitalisasi pasar perusahaan ini kembali ke angka $1 triliun untuk pertama kalinya sejak 2022.
Partai Republik berhasil menguasai Gedung Putih serta Senat dan berpotensi mengendalikan Dewan Perwakilan. Investor memperkirakan pemerintahan Trump akan menghadirkan regulasi yang lebih lunak serta pemotongan pajak yang dapat memperkuat perekonomian AS.
Di luar AS, sentimen pasar lebih tenang. Indeks STOXX 600 pan-Eropa turun 0,7%, sementara indeks MSCI untuk saham global tetap datar meski sempat mencapai rekor. Meski demikian, indeks saham global mencatat pekan terbaiknya dalam tiga bulan terakhir.
Di Eropa, indeks DAX Jerman mengalami penurunan 0,8% sehari setelah mencatat kenaikan harian tertinggi tahun ini, dipicu oleh harapan bahwa Jerman akan menghapus pembatasan utang.
Sementara itu, China mengumumkan paket utang senilai 10 triliun yuan untuk meringankan tekanan pembiayaan pemerintah daerah dan menstabilkan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah China mengisyaratkan stimulus tambahan akan datang, namun masih berhati-hati dalam mengeluarkan kebijakan besar. Saham unggulan di China turun 1% setelah naik 3% pada hari sebelumnya, sedangkan Hang Seng di Hong Kong juga melemah sebagai bentuk kehati-hatian pasar menjelang pengumuman tersebut.
Yuan offshore melemah 0,7% terhadap dolar AS, sementara saham mewah dan tambang Eropa yang terpapar ekonomi China turun lebih dari 3%.
Imbal hasil Treasury AS menurun setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyatakan komitmennya untuk melanjutkan pelonggaran kebijakan secara hati-hati. The Fed memangkas suku bunga setelah Bank of England dan Riksbank Swedia melakukan pemangkasan suku bunga pada hari yang sama. Imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun turun 8,3 basis poin menjadi 4,343%, berbalik arah setelah sebelumnya naik tajam pasca hasil pemilihan AS.
Indeks dolar AS menguat ke level 104,91, setelah sempat turun 0,7% pada hari Kamis. Euro dan pound sterling tertekan oleh dolar, sementara yen Jepang juga melemah 0,3%.
Setelah minggu yang bergejolak, harga emas turun 0,9% ke $2.683,87. Emas sempat anjlok lebih dari 3% pada Rabu, tetapi kembali menguat 1,8% semalam. Pekan sebelumnya, emas sempat mencapai harga tertingginya sepanjang masa di $2.790,15.
Harga minyak mentah Brent mengalami pengurangan kerugian dalam perdagangan di London dan terakhir turun 2,1% menjadi $74,01, sementara West Texas Intermediate (WTI) AS turun 2,6% menjadi $70,45.
WEEK AHEAD
(11- 15 November 2024)
Di Pekan mendatang, pelaku pasar global akan fokus pada serangkaian data ekonomi dari Amerika, Eropa, dan Asia. Di Amerika Serikat, laporan inflasi menjadi perhatian utama dan diperkirakan akan memberikan petunjuk tentang prospek kebijakan The Fed menjelang akhir tahun. Di Eropa, data pertumbuhan ekonomi Inggris dan Zona Euro diharapkan mengungkap arah pemulihan ekonomi pasca pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa (ECB).
Di Asia, perhatian tertuju pada rilis data China yang mencerminkan dampak kebijakan moneter, diikuti oleh Jepang yang juga akan melaporkan data ekonomi penting. Berikut rincian fokus pasar dari negara-negara utama dalam pekan mendatang:
Amerika Serikat:
Rilis data Indeks Harga Konsumen (CPI) menjadi fokus utama di mana inflasi tahunan diperkirakan naik ke 2,6% dari 2,4% pada September, sementara inflasi bulanan tetap di 0,2%. Core CPI diharapkan stabil dengan tingkat tahunan di 3,3% dan bulanan di 0,3%. Selain itu, Indeks Harga Produsen (PPI) diperkirakan meningkat 0,2%, dengan core PPI naik 0,3%.
Data lain yang ditunggu adalah penjualan ritel (0,3%), produksi industri (-0,4%), Indeks Optimisme Bisnis NFIB, dan ekspektasi inflasi konsumen. Selain data, pidato dari pejabat Federal Reserve, termasuk Ketua Jerome Powell, akan dipantau untuk petunjuk lebih lanjut mengenai kebijakan moneter.
Eropa
Inggris:
Data pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga diprediksi tumbuh 0,2%, menurun dari 0,5% di kuartal kedua. Angka GDP untuk September juga diperkirakan naik 0,2%, diikuti oleh peningkatan produksi industri. Tingkat pengangguran diharapkan naik menjadi 4,1%, sementara pertumbuhan upah diperkirakan meningkat. Selain itu, data perdagangan luar negeri Inggris akan dipantau untuk mengetahui perkembangan ekspor dan impor.
Zona Euro:
Rilis risalah rapat kebijakan ECB akan diperhatikan, terutama setelah pemangkasan suku bunga terbaru. GDP final untuk kuartal ketiga dan produksi industri juga menjadi fokus di wilayah ini, yang diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kondisi ekonomi pasca kebijakan terbaru.
Jerman:
Indeks ZEW Sentimen Ekonomi diperkirakan meningkat, menunjukkan perbaikan sentimen bisnis. Data inflasi final Jerman juga akan dilaporkan bersama dengan harga grosir, yang dapat memberikan gambaran mengenai tren harga konsumen di negara dengan ekonomi terbesar di Eropa ini.
Prancis dan Italia:
Prancis akan merilis data pengangguran dan inflasi, sementara Italia akan melaporkan neraca perdagangan. Keduanya merupakan indikator penting dalam menentukan tren pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga di negara-negara utama Zona Euro.
Asia
China:
China akan merilis rangkaian data ekonomi untuk bulan Oktober, termasuk produksi industri, penjualan ritel, dan pinjaman baru dalam yuan. Data ini penting untuk melihat dampak dari stimulus moneter baru-baru ini serta program swap utang CNY 10 triliun yang dilakukan oleh pemerintah dengan pemerintah daerah. Data lain yang dirilis mencakup inflasi konsumen dan produsen, harga rumah, tingkat pengangguran, dan penjualan mobil, yang semuanya memberikan gambaran lebih lengkap tentang kondisi ekonomi China saat ini.
Jepang:
Fokus utama adalah estimasi awal GDP kuartal ketiga yang diperkirakan menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Selain itu, data akun berjalan dan Ringkasan Opini Kebijakan Bank of Japan (BoJ) juga akan menjadi perhatian, yang dapat memberikan pandangan lebih lanjut tentang proyeksi ekonomi dan arah kebijakan moneter.
Australia:
Di Australia, survei konsumen dari Westpac dan survei bisnis dari NAB akan memberikan pandangan lebih lanjut tentang sentimen ekonomi. Selain itu, data ketenagakerjaan untuk bulan Oktober akan menjadi sorotan utama bagi pelaku pasar yang ingin memahami kondisi pasar tenaga kerja di Australia.
Data Mingguan Perdagangan Emas (04 – 08 November 2024)
Open : 2,734.51 High : 2,749.91 Low : 2,643.21 Close : 2,683.40 Range : 106.70
GOLD PRE ANALYSIS
WEEKLY VALUE AREA
WEEKLY SUPPORT | WEEKLY RESISTANCE |
S1 2,634 | R1 2,741 |
S2 2,585 | R2 2,799 |
S3 2,526 | R3 2,848 |
Gold Outlook : Bearish
Data Mingguan Perdagangan US Crude Oil (04 – 08 November 2024)
Open : 70.35 High : 72.84 Low : 69.72 Close : 70.45 Range : 3.12
OIL PRE ANALYSIS
WEEKLY VALUE AREA
WEEKLY SUPPORT | WEEKLY RESISTANCE |
S1 69.17 | R1 72.29 |
S2 67.88 | R2 74.12 |
S3 66.05 | R3 75.41 |
Oil Outlook : Bearish