Peluang Trading di GBP/USD Setelah Komentar Pejabat BoE

Trading Opportunity Pair (TOP)

Market Summary

Deputi Gubernur Bank of England (BoE), Clare Lombardelli, menyampaikan kekhawatirannya terhadap potensi risiko inflasi yang lebih tinggi dari proyeksi bank sentral. Dalam pidatonya pada konferensi yang diadakan oleh King’s Business School, Lombardelli menekankan bahwa meskipun risiko inflasi memiliki kemungkinan seimbang untuk naik atau turun, dampak jika inflasi meningkat bisa memicu respons kebijakan moneter yang lebih mahal.

Menurut Lombardelli, skenario di mana pertumbuhan upah melambat ke kisaran 3,5%-4% dan inflasi stabil di sekitar 3%—lebih tinggi dari target BoE sebesar 2%—dapat menimbulkan tantangan besar jika hal tersebut menjadi ekspektasi umum di kalangan perusahaan dan konsumen. Skenario ini akan memerlukan langkah-langkah kebijakan yang lebih ketat untuk menurunkan inflasi kembali ke target.

Sementara itu, laporan indeks manajer pembelian (PMI) awal pekan lalu menunjukkan adanya perlambatan ekonomi Inggris. Namun, Lombardelli tidak menganggap data tersebut sebagai indikasi kuat, mengingat pentingnya menunggu data tambahan sebelum mengambil keputusan kebijakan. Dengan kebijakan moneter yang membutuhkan waktu untuk berdampak, BoE menegaskan pentingnya bertindak tepat waktu untuk mencegah risiko yang lebih besar.

Sejak Agustus, BoE telah menurunkan suku bunga sebanyak dua kali, saat ini berada di level 4,75%, lebih lambat dibandingkan penurunan yang dilakukan oleh European Central Bank (ECB) dan Federal Reserve AS (Fed). Lambatnya langkah BoE sebagian besar disebabkan oleh tekanan inflasi yang masih tinggi di pasar tenaga kerja Inggris. Bahkan, data terbaru menunjukkan inflasi tahunan Inggris kembali meningkat ke level 2,3% pada Oktober, jauh di atas target bank sentral, sehingga memperkuat ekspektasi bahwa penurunan suku bunga selanjutnya akan dilakukan dengan hati-hati.

Pound Inggris (GBP) tetap mendapatkan dukungan dari berkurangnya spekulasi pemotongan suku bunga BoE bulan depan. Penguatan ini didukung oleh data yang menunjukkan percepatan pertumbuhan harga inti di Inggris. Namun, GBP/USD masih menghadapi tantangan dari faktor eksternal, terutama sentimen terhadap dolar AS (USD).

Dolar AS menunjukkan pelemahan terbatas meskipun sempat mengalami aksi ambil untung setelah mencapai puncak dua tahun. Pelemahan ini didorong oleh penurunan imbal hasil obligasi AS dan meningkatnya sentimen risiko di pasar global, yang memberikan sedikit dukungan terhadap pasangan GBP/USD. Optimisme juga muncul dari laporan bahwa Israel mendekati kesepakatan gencatan senjata dengan kelompok militer Hezbollah di Lebanon, yang dapat meredakan ketegangan di Timur Tengah.

Di sisi lain, penunjukan Scott Bessent sebagai Menteri Keuangan AS memberikan kepastian bagi pasar, mengurangi kekhawatiran terkait kebijakan perdagangan yang agresif. Keputusan ini meningkatkan kepercayaan investor, yang juga turut mendukung sentimen positif di pasar keuangan global.

Analisis Teknikal

Secara teknikal, analisis dari Trading Central menunjukkan bahwa pasangan GBP/USD memiliki peluang untuk bergerak bullish dengan level pivot di 1.2540. Selama harga tetap bergerak di atas level tersebut, potensi penguatan dapat menguji area resistance di kisaran 1.2625 hingga 1.2690.

Sebagai skenario alternatif, jika harga turun dan bergerak di bawah level 1.2540, maka pasangan ini berpeluang melemah lebih lanjut untuk menguji area support di kisaran 1.2505 hingga 1.2485.

Resistance 1: 1.2625, Resistance 2: 1.2660, Resistance 3: 1.2690

Support 1: 1.2540,  Support 2: 1.2505, Support 3: 1.2485

image-artikel