Economic News & Analysis
Weekend Edition
Market Summary
Pekan lalu, pasar global dilanda volatilitas tinggi yang dipicu oleh eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Setelah Presiden AS mengumumkan kenaikan tarif baru terhadap barang-barang China, Beijing merespons dengan menaikkan tarif impor barang-barang AS hingga 125%. Ketegangan ini menyebabkan imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak 2001, mencapai level tertinggi 4,592% sebelum ditutup di 4,478%. Lonjakan ini didorong oleh spekulasi bahwa China mungkin mengurangi kepemilikan obligasi AS-nya, sementara lelang obligasi tenor panjang yang kuat pada pertengahan pekan sedikit membantu menstabilkan pasar. Namun, kekhawatiran terhadap likuiditas tetap tinggi, membuat banyak investor bersikap hati-hati.
Pasar saham AS justru mampu menguat di tengah ketegangan ini, dengan ketiga indeks utama mencatat kenaikan yang solid. Dow Jones Industrial Average naik 1,56% ke 40.212,71, S&P 500 menguat 1,81% ke 5.363,36, dan Nasdaq melonjak 2,06% ke 16.724,46, menandai kenaikan mingguan terbesar untuk Nasdaq sejak November 2022. Penguatan ini didukung oleh laporan kinerja kuartal pertama yang positif dari beberapa bank besar, yang melebihi ekspektasi analis. Selain itu, pernyataan dari Federal Reserve yang menegaskan kesiapannya untuk menjaga stabilitas pasar juga memberikan kepercayaan kepada investor. Di tingkat global, indeks MSCI yang mengukur kinerja saham di seluruh dunia naik 1,46%, meskipun indeks STOXX 600 Eropa sedikit melemah 0,1%, mencerminkan kinerja yang beragam di berbagai wilayah.
Harga emas mencapai rekor tertinggi baru di $3.243,82 per ons, dengan kenaikan mingguan lebih dari 6%. Kenaikan ini didorong oleh ketidakpastian yang meningkat di pasar global akibat perang dagang dan tingginya permintaan terhadap aset safe-haven. Dollar AS mengalami tekanan yang signifikan, mencatat penurunan mingguan terbesar sejak November 2022. Mata uang ini melemah tajam terhadap franc Swiss dan euro, yang mencapai level tertinggi tiga tahun terhadap dollar AS. Kondisi ini menunjukkan menurunnya minat investor terhadap aset berbasis dollar di tengah situasi yang tidak pasti.
Pasar minyak juga mencatat kenaikan yang solid selama pekan ini. Harga Brent crude naik 2,26% dan ditutup di $64,76 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) menguat 2,38% ke $61,50 per barel. Penguatan ini mencerminkan optimisme pasar terhadap permintaan energi yang tetap kuat meskipun ketegangan perdagangan berlanjut.
Data ekonomi yang dirilis pekan ini menunjukkan sentimen konsumen AS turun tajam pada bulan April, mengindikasikan kekhawatiran terhadap dampak perang dagang terhadap perekonomian. Selain itu, data produsen AS menunjukkan penurunan harga yang tak terduga pada bulan Maret, menambah lapisan ketidakpastian terhadap prospek ekonomi negara tersebut. Kombinasi dari ketegangan geopolitik, volatilitas pasar, dan data ekonomi yang beragam membuat investor tetap waspada terhadap perkembangan lebih lanjut di pasar global.
WEEK AHEAD
(14 – 18 April 2025)
Pasar global bersiap menghadapi pekan yang kembali penuh sensitivitas karena investor terus memantau perkembangan ketegangan perdagangan. Eskalasi tarif, terutama dampaknya terhadap ekonomi AS, terus membebani sentimen dan memicu volatilitas di berbagai kelas aset. Selain itu, musim laporan keuangan di AS semakin intensif dengan laporan kinerja perusahaan besar yang menjadi sorotan. Rilis data ekonomi dari berbagai kawasan, bersama dengan sejumlah keputusan kebijakan bank sentral yang signifikan, akan turut membentuk dinamika pasar.
Amerika
Di Amerika Serikat (AS), pekan perdagangan akan lebih singkat karena libur Hari Jumat Agung, di mana pasar saham dan obligasi akan tutup pada hari Jumat. Fokus utama akan tertuju pada laporan kinerja keuangan perusahaan besar seperti Goldman Sachs, Bank of America, Citigroup, Johnson & Johnson, Abbott Laboratories, American Express, Blackstone, UnitedHealth Group, dan Netflix. Para investor akan mencermati panduan ke depan di tengah ketidakpastian ekonomi yang berlanjut.
Data ekonomi penting yang akan dirilis mencakup penjualan ritel bulan Maret yang diperkirakan naik 1,3% secara bulanan, mencatat kenaikan terkuat sejak Januari 2023. Produksi industri diproyeksikan turun 0,3%, mengakhiri tren kenaikan tiga bulan berturut-turut. Sementara itu, angka pembangunan perumahan diprediksi melemah menjadi 1,41 juta unit setelah lonjakan di bulan Februari. Data lain yang akan dirilis mencakup harga impor dan ekspor, inventaris bisnis, Indeks Pasar Perumahan NAHB, serta survei regional seperti New York Empire State dan Philadelphia Fed. Sementara itu, pidato Ketua Fed Jerome Powell di Economic Club of Chicago akan diawasi ketat untuk mencari petunjuk mengenai prospek kebijakan moneter Fed untuk sisa tahun ini.
Di Kanada, Bank of Canada (BoC) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya setelah sebelumnya menurunkan suku bunga sebesar 225 basis poin sejak Juni 2024. Data penting yang akan diawasi mencakup angka inflasi (CPI) dan data pembangunan perumahan yang memberikan gambaran performa sektor real estat.
Eropa
Di Zona Euro, Pertemuan kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) pada 17 April menjadi sorotan utama. Pasar secara luas mengantisipasi pemangkasan suku bunga lainnya—yang ketujuh sejak Juni—karena kekhawatiran akan risiko resesi akibat meningkatnya ketegangan perdagangan. Selain itu, sentimen ekonomi ZEW Jerman diperkirakan menurun ke level terendah dalam tujuh bulan, mencerminkan memburuknya kepercayaan investor. Produksi industri Zona Euro juga diperkirakan mengalami kontraksi pada Februari.
Di Inggris, rangkaian data ekonomi utama akan memberikan wawasan lebih lanjut tentang dinamika inflasi dan pasar tenaga kerja di Inggris. Inflasi utama (CPI) untuk bulan Maret diperkirakan turun menjadi 2,7%, dengan inflasi inti diproyeksikan turun menjadi 3,4%, keduanya mencatat level terendah dalam tiga bulan. Tingkat pengangguran kemungkinan tetap stabil di 4,4%, sementara pertumbuhan upah diperkirakan sedikit moderat. Data lain yang patut diperhatikan termasuk penjualan ritel dari British Retail Consortium dan data perdagangan dari Swiss.
Asia dan Australia
China akan menghadapi pekan sibuk dengan data ekonomi menyusul eskalasi tarif dan langkah-langkah stimulus terbaru. Pertumbuhan PDB kuartal pertama diperkirakan melampaui target 5%. Produksi industri, penjualan ritel, dan investasi aset tetap untuk bulan Maret kemungkinan menunjukkan pertumbuhan yang berlanjut, sementara tingkat pengangguran diperkirakan turun. Selain itu, data perdagangan dan agregat kredit akan memberikan wawasan tentang dampak front-loading di tengah risiko perdagangan dan penyerapan langkah-langkah stimulus.
Di Jepang, fokus akan tertuju pada data perdagangan dan tingkat inflasi, yang tetap menjadi indikator penting untuk memahami tren ekonomi regional di tengah ketidakpastian global.
Di Australia, pasar tenaga kerja di Australia diperkirakan menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja yang kuat pada bulan Maret. Risalah dari pertemuan terakhir Reserve Bank of Australia akan memberikan wawasan tambahan tentang bagaimana bank sentral menyeimbangkan pertumbuhan, inflasi, dan risiko perdagangan.
Data Mingguan Perdagangan Emas (07 – 11 April 2025)
Open : 3.016,49 High : 3.245,42 Low : 2.956,57 Close : 3.234,68 Range : 288.85
GOLD PRE ANALYSIS
WEEKLY VALUE AREA
| WEEKLY SUPPORT | WEEKLY RESISTANCE |
| S1 3.046 | R1 3.335 |
| S2 2.857 | R2 3.434 |
| S3 2.757 | R3 3.623 |
Gold Outlook : Bullish
Data Mingguan Perdagangan US Crude Oil (07 – 11 April 2025)
Open : 60,56 High : 63,86 Low : 55,09 Close : 61,44 Range : 8,77
OIL PRE ANALYSIS
WEEKLY VALUE AREA
| WEEKLY SUPPORT | WEEKLY RESISTANCE |
| S1 56,40 | R1 65,17 |
| S2 51,36 | R2 68,90 |
| S3 47,63 | R3 73,94 |
Oil Outlook : Bearish
Dari perspektif teknikal, analisis Trading Central menunjukkan bahwa pergerakan US Oil pada time frame H4 masih cenderung bullish, dengan level pivot di 59,50. Selama harga bertahan di atas level ini, terdapat potensi kenaikan yang dapat menguji area resistance di kisaran 62,20–64,90.
Pergerakan emas pada time frame H4 menunjukkan tren naik yang kuat setelah menembus area pivot di 3.139,290 dan kini mendekati resistance R1 di 3.207,240. Kenaikan harga ini didukung oleh posisi candle yang konsisten di atas garis SMA 50, serta RSI yang telah menembus level 70, menandakan kondisi overbought namun tetap mencerminkan momentum bullish yang dominan. Jika R1 berhasil ditembus, target selanjutnya berada di R2 pada 3.244,290.
Pergerakan harga minyak pada time frame H4 terlihat masih berada dalam tekanan bearish setelah gagal bertahan di atas resistance R1 (62,74) dan kembali turun ke area pivot di 60,73. Harga saat ini juga masih berada di bawah garis SMA 50, menunjukkan dominasi tren turun. RSI yang berada di kisaran 45 memperkuat potensi tekanan jual masih berlangsung.
Dari perspektif teknikal, analisis Trading Central menunjukkan bahwa pergerakan emas masih cenderung bullish pada time frame H4, dengan level pivot berada di 3.078. Selama harga tetap bergerak di atas level tersebut, kemungkinan besar akan terjadi kenaikan lebih lanjut menuju area resistance di kisaran 3.167–3.200.
Harga emas pada grafik H4 menunjukkan adanya rebound tajam setelah sempat menembus area support kunci di 3.000 dan kini kembali menguji area resistance di sekitar 3.100 yang berdekatan dengan garis SMA 50. Jika harga gagal menembus dan bertahan di atas area ini, maka ada potensi penurunan kembali menuju 3.047 hingga 3.022.
Pergerakan US Oil pada grafik H4 menunjukkan pemantulan kuat dari area support S1 di 57,44 dan kini sedang menguji area resistance di sekitar 65,24. Kenaikan ini terjadi setelah tekanan jual tajam sebelumnya mendorong harga turun dari atas pada kisaran 72,00. Jika harga mampu menembus dan bertahan di atas resistance R1 di 65.240, maka peluang penguatan lanjutan menuju R2 di 67.97 hingga R3 di 73.04 akan terbuka.
Dari sisi teknikal, analisis Trading Central menunjukkan bahwa pasangan EUR/USD masih memiliki bias bullish pada time frame H4, dengan level pivot utama berada di 1.1000. Selama harga bertahan di atas level ini, pasangan ini berpotensi melanjutkan kenaikan menuju area resistance di 1.1090 hingga 1.1180.
Pergerakan emas pada time frame H4 menunjukkan tekanan turun yang semakin kuat setelah menembus ke bawah garis tren naik (uptrend line) yang terbentuk sejak akhir Februari. Penurunan ini diperkuat oleh posisi harga yang kini berada di bawah SMA 50, menandakan perubahan sentimen dari bullish ke bearish dalam jangka menengah. Koreksi naik sempat terjadi tetapi tertahan di bawah area resistance di level 3.022 dan 3.047, yang kini menjadi zona penting jika harga mencoba untuk rebound.

Pergerakan emas pada grafik H4 terlihat mengalami koreksi tajam setelah menyentuh area tertinggi (ATH) di sekitar 3.168. Saat ini harga berada di sekitar level 2.985, sedikit di atas support Fibonacci retracement 61,8% di 2.960. Jika level ini mampu menahan tekanan jual, ada potensi pemantulan kembali ke atas menuju area resistance terdekat di 3.000 dan 3.040.
Pergerakan US Oil pada grafik H4 tampak masih bergerak dalam tekanan bearish setelah mengalami penurunan tajam dari level tertinggi baru di kisaran 72,00 hingga menyentuh area sekitar 59,000. Saat ini harga sedang berkonsolidasi di sekitar level pivot 61,24, tepat di bawah area gap yang sebelumnya sempat ditutup. Jika harga mampu bertahan di atas level pivot dan berhasil menembus resistance 63,54, maka ada peluang kenaikan lanjutan menuju 66,16 hingga 68,46.
