Dollar AS Melemah Pasca Penurunan Peringkat Kredit oleh Moody’s

Market Summary

Dollar AS melemah signifikan pada hari Senin, mencatat penurunan terhadap mata uang utama dunia seperti yen, franc Swiss, dan euro. Penurunan ini terutama dipicu oleh keputusan Moody’s Investors Service pada Jumat malam untuk menurunkan peringkat kredit pemerintah AS sebanyak satu tingkat. Langkah ini didasarkan pada kekhawatiran terhadap utang nasional AS yang terus membengkak hingga mencapai $36 triliun. Penurunan peringkat ini melanjutkan tren serupa yang sebelumnya dilakukan oleh Fitch pada 2023 dan S&P pada 2011.

Tekanan terhadap dollar semakin diperburuk oleh meningkatnya ketegangan perdagangan. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menegaskan pada hari Minggu bahwa Presiden Donald Trump akan memberlakukan tarif sesuai ancaman sebelumnya terhadap mitra dagang yang dianggap tidak bernegosiasi dengan “itikad baik.” Meskipun situasi ini membebani sentimen pasar, laporan dari Financial Times menunjukkan adanya kemajuan dalam pembicaraan perdagangan antara AS dan Uni Eropa, memberikan sedikit harapan di tengah ketegangan perdagangan global.

Di pasar valuta asing, dollar AS turun ke level 144.665 yen, terendah sejak 8 Mei, sebelum stabil di 144.98, turun 0,5% pada hari itu. Terhadap franc Swiss, dollar menyentuh level terendah lebih dari satu minggu di 0.8317. Sementara itu, euro menguat 0,6% menjadi $1.1232, tertinggi sejak 9 Mei, dan pound sterling naik 0,6% menjadi $1.3355, didukung oleh kesepakatan Inggris untuk mereset hubungan perdagangan dan pertahanan dengan Uni Eropa.

Penurunan peringkat kredit oleh Moody’s memicu aksi jual dollar di Asia dan Eropa, meskipun beberapa investor Amerika Utara melihat langkah ini lebih bersifat simbolis daripada transformatif.

Meskipun demikian, Presiden Federal Reserve New York, John Williams, menenangkan pasar dengan menyatakan bahwa tidak ada pergeseran besar-besaran dari aset AS yang terpantau. Dia juga menegaskan kembali status dollar sebagai mata uang cadangan dunia. Sementara itu, China mendesak AS untuk menerapkan kebijakan yang menjaga stabilitas sistem keuangan global dan melindungi kepentingan investor.

Di bidang kebijakan fiskal, pemerintahan Trump melanjutkan langkah maju dengan RUU pemotongan pajak, yang mendapatkan persetujuan dari komite kongres utama. RUU ini diproyeksikan menambah utang nasional sebesar $3 triliun hingga $5 triliun dalam dekade mendatang, memicu kekhawatiran investor terhadap beban utang AS. Akibatnya, imbal hasil obligasi AS tenor panjang naik, dengan imbal hasil obligasi 30 tahun mencapai level tertinggi dalam 18 bulan di 5.037% sebelum turun menjadi 4.934%. Imbal hasil obligasi 10 tahun naik ke 4.469%, setelah sempat menyentuh 4.564%.

Di pasar saham, indeks utama AS menunjukkan ketahanan. Dow Jones Industrial Average naik 0,32% menjadi 42.792,07, sementara S&P 500 naik tipis 0,09% menjadi 5.963,60. Nasdaq Composite ditutup stabil di 19.215,46. Secara global, indeks MSCI untuk saham dunia naik 0,20%, didukung oleh kenaikan moderat di pasar Eropa, meskipun saham Asia-Pasifik di luar Jepang turun 0,5% di tengah data ekonomi China yang beragam.

Di pasar komoditas, harga minyak sedikit menguat, didukung oleh kebuntuan pembicaraan nuklir antara AS dan Iran. Harga minyak Brent menetap di $65,54 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) ditutup di $62,69 per barel. Emas juga mencatat kenaikan, dengan harga emas spot naik 0,9% menjadi $3.229,51 per ons, dan emas berjangka AS meningkat 1,5% menjadi $3.233,50.

Ke depan, pasar akan memantau indikator ekonomi utama dan keputusan kebijakan, termasuk pengumuman kebijakan Bank Sentral Australia, di mana penurunan suku bunga sebesar seperempat poin diperkirakan secara luas. Selain itu, laporan pendapatan dari peritel utama AS seperti Home Depot dan Target akan memberikan wawasan tentang sentimen konsumen di tengah ketegangan perdagangan yang berkelanjutan.

Prospek Harga Emas Hari Selasa (20/05)

Pergerakan harrga emas pada time frame H4 menunjukkan bahwa harga saat ini berada dalam fase konsolidasi setelah penurunan tajam dari area resistance menurun (garis tren hijau atas). Harga sempat memantul dari area support di sekitar 3.152 dan kini bergerak mendekati resistance minor di 3.250, yang juga berdekatan dengan SMA 50). Jika harga mampu menembus level ini, maka potensi kenaikan ke area 3.290 hingga 3.328 terbuka, mengikuti pola pantulan teknikal menuju tren menurun jangka menengah.

Namun, jika harga kembali tertolak dari area SMA dan resistance 3.251, maka tekanan jual bisa mendorong harga turun ke 3.200, dengan support lanjutan di 3.152 dan 3.117. Indikator RSI berada di area netral sekitar level 50, menandakan belum ada dominasi arah yang kuat dari buyer maupun seller saat ini.

Data Perdagangan pada hari Senin (19/05)