Dollar Menguat ke Level Tertinggi Beberapa Tahun Berkat Kinerja Ekonomi AS yang Solid

FLASH NEWS

Economic News & Analysis

Dollar AS menguat pada hari Senin, mendorong mata uang utama lainnya ke level terendah dalam beberapa tahun, setelah laporan ketenagakerjaan AS yang lebih baik dari perkiraan dirilis pada hari Jumat. Laporan tersebut menyoroti kekuatan ekonomi AS dan meningkatkan keraguan atas kemungkinan Federal Reserve menurunkan suku bunga tahun ini.

Indeks dollar, yang mengukur kinerja dollar terhadap sekeranjang mata uang, naik 0,26% menjadi 109,94. Sebelumnya dalam sesi perdagangan, indeks ini mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua tahun di 110,17, melanjutkan tren kenaikan baru-baru ini. Pertumbuhan pekerjaan AS di bulan Desember secara tak terduga meningkat, dengan tingkat pengangguran turun menjadi 4,1%. Akibatnya, ekspektasi pasar untuk pemotongan suku bunga pada tahun 2025 menurun secara signifikan, dan pelaku pasar kini memprediksi pemotongan sebesar 25 basis poin oleh Federal Reserve pada bulan Desember.

Rilis laporan inflasi AS pada hari Rabu dapat semakin memperkuat sikap kebijakan moneter saat ini jika angka inflasi melampaui ekspektasi. Selain itu, sejumlah pejabat Federal Reserve dijadwalkan memberikan pandangan mereka tentang prospek ekonomi sepanjang pekan ini.

Di pasar mata uang, euro turun 0,4% menjadi $1,0208, level terendah sejak November 2022, sementara poundsterling melemah 0,24% menjadi $1,2167 setelah mencapai level terendah dalam 14 bulan sebelumnya. Penurunan pound mencerminkan kekhawatiran terhadap biaya pinjaman yang meningkat dan ketidakpastian mengenai stabilitas keuangan Inggris. Minggu lalu, pound merosot 1,8%.

Dollar Australia menunjukkan pemulihan kecil, naik 0,13% menjadi $0,615, meskipun tetap mendekati level terlemah sejak April 2020. Dollar Selandia Baru juga naik tipis 0,07% menjadi $0,5559, tetap dekat dengan level terendah dalam lebih dari dua tahun.

Berbeda dengan mata uang lainnya, yuan China mencatat kenaikan kecil terhadap dollar. Ini terjadi setelah pemerintah China memperkenalkan langkah-langkah untuk menstabilkan mata uangnya, termasuk pelonggaran aturan tentang pinjaman luar negeri dan intervensi verbal. Yuan luar negeri diperdagangkan pada 7,3533 per dollar, naik 0,12%. Pada hari Jumat, Bank Sentral China (PBOC) juga menghentikan pembelian obligasi pemerintah, yang sementara waktu meningkatkan imbal hasil dan menunjukkan sikap lebih tegas dalam mempertahankan yuan. Namun, kekhawatiran tetap ada karena Beijing belum meluncurkan stimulus signifikan untuk mendukung ekonominya yang melemah.

Yen Jepang diperdagangkan pada 157,7 per dollar, menguat tipis sebesar 0,03%, didukung oleh spekulasi bahwa Bank of Japan (BoJ) mungkin akan merevisi proyeksi inflasinya dan mempertimbangkan kenaikan suku bunga lebih lanjut pada pertemuan kebijakan mendatang.

Indeks saham AS menunjukkan hasil yang beragam pada hari Senin. Dow Jones Industrial Average naik 0,86% menjadi 42.297,12, dan S&P 500 naik 0,16% menjadi 5.836,22, sementara Nasdaq Composite turun 0,38% menjadi 19.088,10. Sementara itu, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun mencapai level tertinggi dalam 14 bulan karena inflasi yang terus-menerus dan ketahanan ekonomi memicu keraguan atas kelanjutan siklus pelonggaran Federal Reserve.

Harga minyak melonjak sekitar 2% hingga mencapai level tertinggi dalam empat bulan di tengah ekspektasi bahwa sanksi baru AS terhadap minyak Rusia dapat mengalihkan pembeli di India dan China ke pemasok alternatif. Minyak mentah AS ditutup pada $78,82 per barel, sementara minyak Brent naik menjadi $81,01 per barel.

Harga emas turun 0,9% menjadi $2.664,49 per ons, karena penguatan dollar dan kenaikan imbal hasil mengurangi minat investor pada logam mulia, yang biasanya kurang menarik di lingkungan imbal hasil tinggi.

Prospek Harga Emas Hari Selasa (14/01)

Pergerakan emas di time frame H4 menunjukkan bahwa harga berpotensi rebound setelah menyentuh area support kuat di 2.655. Rebound ini diperkuat dengan munculnya pola candlestick berbentuk hammer, yang merupakan indikasi potensi pembalikan arah setelah tekanan jual mereda. Pola ini juga didukung oleh garis moving average (MA) yang bertindak sebagai support dinamis, serta garis tren naik jangka menengah yang masih terjaga. Jika harga mampu menembus level resistance di 2.678, ada peluang untuk melanjutkan penguatan menuju 2.691 hingga 2.698. Namun, jika harga gagal bertahan di atas 2.655, terdapat risiko koreksi lebih dalam menuju level support berikutnya di 2.645 atau 2.633.

Data Perdagangan pada hari Senin (13/01)

Open: 2,690.60    High: 2,693.96   Low: 2,656.69    Close: 2,662.61  Range: 37.27

GOLD INTRADAY AREA

R1  2,678  R2  2,691   R3 2,698

S1  2,655   S2  2,645  S3 2,633

OPEN POSITION BUY
Price Level 2.657
Profit Target Level 2.675
Stop Loss Level 2.645
OPEN POSITION SELL
Price Level 2.691
Profit Target Level 2.680
Stop Loss Level 2.700

Prospek Harga Minyak Hari Selasa (14/01)

Pergerakan US Oil pada timeframe H4 menunjukkan tren bullish yang kuat, terlihat dari harga yang terus bergerak di atas SMA merah sebagai support dinamis. Namun, RSI yang berada di level overbought (71.87) mengindikasikan adanya potensi pelemahan atau koreksi jangka pendek. Resistance terdekat berada di 79.24, dan jika harga gagal menembus level ini, koreksi kemungkinan akan membawa harga turun menuju support 77.33 atau 7.,51.

Sebaliknya, jika harga mampu bertahan di atas 79.24 dan melanjutkan kenaikan, target selanjutnya adalah resistance di 80.12 dan 81.31. Koreksi jangka pendek wajar terjadi, tetapi tren utama masih bullish selama harga tetap di atas area support kunci.

Data perdagangan pada hari Senin (13/01)

Open: 76.51   High: 79.24   Low: 76.51   Close: 78.70  Range:  2.73

OIL INTRADAY AREA

R1   79.24   R2  80.12  R3 81.31

S1  77.33   S2 76.51   S3 75.39

OPEN POSITION BUY
Price Level 77.40
Profit Target Level 79.10
Stop Loss Level 76.50
OPEN POSITION SELL
Price Level 79.24
Profit Target Level 78.00
Stop Loss Level 80.20
image-artikel