Peluang Trading di US Oil Menjelang Data Cadangan Minyak AS

Trading Opportunity Pair (TOP)

Market Summary

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mencatatkan kenaikan setelah mengalami penurunan pada sesi sebelumnya, diperdagangkan di sekitar $69,50 per barel selama jam perdagangan Asia pada hari Jumat. Kenaikan harga ini didorong oleh laporan bahwa perusahaan energi besar Eropa kini lebih memprioritaskan minyak dan gas dibandingkan energi terbarukan demi keuntungan jangka pendek. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga 2025, sejalan dengan melambatnya kebijakan energi bersih secara global akibat lonjakan harga energi setelah invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada 2022.

Pemerintah China, sebagai importir minyak terbesar di dunia, telah merevisi proyeksi produk domestik bruto (PDB) 2023 dengan kenaikan sebesar 2,7%. Meski demikian, revisi tersebut diperkirakan tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi tahun ini. Selain itu, pihak berwenang China juga telah menyetujui penerbitan obligasi khusus senilai 3 triliun yuan ($411 miliar) pada tahun depan sebagai bagian dari langkah untuk memulihkan perekonomian yang lesu.

Optimisme terhadap stimulus ekonomi di China turut menjadi pendorong kenaikan harga minyak, di tengah ekspektasi bahwa langkah-langkah tersebut dapat memacu pemulihan permintaan minyak. Bank Dunia meningkatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China untuk 2024 dan 2025, meski memperingatkan bahwa lemahnya kepercayaan dan tantangan di sektor properti akan terus membebani perekonomian negara tersebut. Selain itu, pemerintah China dilaporkan memberikan fleksibilitas lebih dalam penggunaan hasil obligasi pemerintah untuk mendukung pertumbuhan.

Di sisi lain, penguatan dollar AS menekan harga minyak dan membatasi kenaikan lebih lanjut. Mata uang ini telah menguat sekitar 7% sepanjang kuartal ini dan mendekati level tertinggi dalam dua tahun terakhir terhadap mata uang utama lainnya setelah Federal Reserve memberikan sinyal pengurangan suku bunga yang lebih lambat pada 2025. Penguatan dollar membuat minyak menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.

Laporan mingguan terbaru dari American Petroleum Institute menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun sebesar 3,2 juta barel pada pekan lalu. Data resmi dari U.S. Energy Information Administration, yang dijadwalkan rilis pada hari malam ini (Sabtu dini hari) pukul 01:00, diharapkan dapat mengonfirmasi penurunan tersebut. Analis dalam survei Reuters memproyeksikan bahwa persediaan minyak mentah AS turun sekitar 1,9 juta barel, sementara persediaan bensin dan distilat masing-masing diperkirakan turun sebesar 1,1 juta barel dan 0,3 juta barel.

Selain itu, kejadian darurat di Rusia turut menjadi perhatian pasar. Pada hari Kamis, Rusia mendeklarasikan keadaan darurat federal akibat tumpahan minyak yang disebabkan oleh dua kapal tanker di Laut Hitam. Insiden ini terjadi pada 15 Desember, ketika badai menyebabkan salah satu kapal terbelah menjadi dua dan kapal lainnya kandas.

Analisis Teknikal

Dari sisi teknikal, analisis Trading Central menunjukkan bahwa pergerakan US Oil masih cenderung bearish, dengan level pivot berada di 70.15. Selama harga bergerak di bawah level tersebut, ada potensi harga turun untuk menguji support di kisaran 69.30-68.60.

Sebagai alternatif skenario, jika harga berhasil menembus ke atas level 70.15, pergerakan harga berpeluang menguat untuk menguji resistance di kisaran 70.75-71.30.

Resistance 1: 70.15, Resistance 2: 70.75, Resistance 3: 71.30

Support1:  69.30,  Support 2: 68.90, Support 3: 68.60

image-artikel