Trading Opportunity Pair (TOP)
Market Summary
Harga minyak dunia relatif stabil pada perdagangan Kamis, menjelang pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan berlangsung hari ini. Pelaku pasar menantikan keputusan produsen utama minyak terkait kebijakan pemotongan pasokan sambil terus memantau ketegangan geopolitik yang meningkat di Timur Tengah.
Pada pukul 07.30 GMT, harga minyak mentah Brent naik tipis sebesar 5 sen atau 0,07% ke level USD 72,36 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat menguat 6 sen atau 0,09% ke USD 68,60 per barel. Sebelumnya, kedua acuan tersebut turun hampir 2% pada perdagangan Rabu, akibat aksi jual besar-besaran kontrak minyak mentah AS oleh salah satu bank, yang menekan harga di sesi siang.
Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) diperkirakan akan memperpanjang kebijakan pemotongan produksi minyak terbaru mereka setidaknya hingga tiga bulan ke depan, mulai Januari. Informasi dari sumber internal OPEC+ mengindikasikan bahwa keputusan ini kemungkinan diambil dalam pertemuan daring pada pukul 11.00 GMT. Langkah ini bertujuan untuk memberikan dukungan tambahan pada pasar minyak yang tengah bergejolak.
OPEC+ sebelumnya mengisyaratkan rencana untuk menghapus kebijakan pemotongan produksi secara bertahap tahun depan, tetapi langkah tersebut hingga kini masih tertunda. Para pelaku pasar memperkirakan dua kemungkinan besar: OPEC+ akan mempertahankan pemotongan produksi untuk menopang harga atau melonggarkannya guna mempertahankan pangsa pasar global.
Namun, ketidakpastian atas keputusan OPEC+ terus membayangi pergerakan harga minyak. Beberapa investor memilih melakukan aksi “de-risking” guna mengantisipasi skenario di mana keputusan OPEC+ mungkin tidak memenuhi ekspektasi pasar.
Penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan juga memberikan dukungan bagi harga minyak. Menurut data Administrasi Informasi Energi (EIA), stok minyak mentah AS berkurang signifikan seiring peningkatan operasi kilang. Namun, stok bensin dan distilat mengalami kenaikan yang melampaui proyeksi, mencerminkan dinamika yang kompleks dalam permintaan energi.
Di Timur Tengah, situasi keamanan tetap menjadi perhatian utama. Kelompok Hezbollah di Lebanon dilaporkan mengalami degradasi kekuatan militer yang signifikan akibat serangan Israel. Namun, kelompok ini diperkirakan akan berupaya membangun kembali kekuatan persenjataannya, sehingga terus menjadi ancaman jangka panjang bagi AS dan sekutunya di kawasan tersebut.
Israel telah menyatakan kesiapannya untuk kembali melancarkan operasi militer jika gencatan senjata dengan Hezbollah gagal. Serangan yang direncanakan akan menargetkan wilayah yang lebih dalam di Lebanon, termasuk infrastruktur negara.
Sementara itu, upaya diplomatik terus dilakukan untuk meredakan ketegangan di kawasan. Utusan Timur Tengah Donald Trump dilaporkan mengunjungi Qatar dan Israel untuk mendorong tercapainya kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera sebelum Trump resmi menjabat pada 20 Januari mendatang.
Ketidakpastian atas kebijakan OPEC+, data stok minyak AS, serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah menjadi faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga minyak saat ini. Market diperkirakan akan tetap fluktuatif hingga keputusan konkret dari OPEC+ dirilis.
Analisis Teknikal
Berdasarkan analisis teknikal dari Trading Central, pergerakan US Oil cenderung berada dalam tren bearish dengan level pivot di 69.10. Selama harga tetap bergerak di bawah level ini, harga berpotensi melanjutkan penurunan menuju area support di 68.20 hingga 67.20.
Sebagai skenario alternatif, jika harga berhasil menembus dan bergerak di atas level 69.10, arah pergerakan diperkirakan akan berbalik menguat untuk menguji resistance di kisaran 69.50 hingga 69.90.
Resistance 1: 69.10, Resistance 2: 69.50, Resistance 3: 69.90
Support1: 68.20, Support 2: 67.75, Support 3: 67.20