Peluang Trading di US OIL Pasca Serangan Israel ke Iran

Trading Opportunity Pair (TOP)

Market Summary

Penurunan harga minyak mentah pada awal pekan ini memperlihatkan dampak dari meredanya ketegangan konflik di Timur Tengah. Harga kontrak Brent, patokan minyak mentah global, turun sebesar 5,3% pada perdagangan awal di Asia pada hari Senin, jatuh hingga level $71,99 per barel dari penutupan $76,05 pada hari Jumat. Meski sempat pulih ke sekitar $72,73, penurunan ini memperlihatkan bahwa risiko konflik Timur Tengah memang memengaruhi harga minyak.

Penurunan harga ini terjadi setelah serangan udara Israel pada akhir pekan lalu yang menyasar fasilitas strategis di Iran, dalam rangka membalas serangan misil dari Iran. Meskipun Israel menekankan dampak besar dari serangan tersebut, Iran menganggap kerusakan yang ditimbulkan masih bisa dikendalikan. Karena Israel tidak menargetkan fasilitas nuklir atau infrastruktur minyak utama Iran, pasar minyak merespons dengan asumsi bahwa ketegangan kali ini lebih terarah dan tidak memicu eskalasi besar.

Namun, risiko konflik tetap menjadi perhatian para investor minyak. Potensi lonjakan kembali harga dapat terjadi sewaktu-waktu jika terdapat serangan pada ekspor minyak atau infrastruktur energi. Sejauh ini, negara-negara yang terlibat secara aktif menghindari serangan langsung pada ekspor minyak, meskipun ada beberapa serangan terbatas dari militan Houthi di Laut Merah.

Sementara itu, pergerakan harga minyak juga mendapat perhatian dari faktor-faktor ekonomi yang lebih luas. Kelompok produsen OPEC+ masih berencana untuk mulai melonggarkan pemotongan produksi dari Desember mendatang, dengan target peningkatan produksi sebesar 180.000 barel per hari sebagai langkah awal dari serangkaian kenaikan yang direncanakan hingga 2025. Meski awalnya dijadwalkan dimulai pada Oktober, rencana ini ditunda karena tren penurunan harga minyak yang terjadi sejak awal Juli.

Sayangnya, permintaan minyak yang diharapkan belum menunjukkan peningkatan signifikan. Asia, kawasan yang menyerap sekitar dua pertiga minyak dunia, masih mengalami permintaan yang lesu pada 2024. Impor minyak mentah di Asia pada bulan Oktober diperkirakan sekitar 26,74 juta barel per hari, sedikit di bawah 27,05 juta barel per hari pada September. Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, impor minyak mentah di Asia berada di angka 26,7 juta barel per hari, lebih rendah 200.000 barel per hari dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Penurunan permintaan ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya impor di China, importir minyak terbesar di dunia, yang mengalami penurunan 350.000 barel per hari dalam sembilan bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023.

Harapan ada pada langkah-langkah stimulus China untuk meningkatkan ekonominya, namun belum tentu sektor yang mendapat dorongan tersebut akan meningkatkan permintaan minyak. Terutama, upaya pemerintah China dalam mendorong pengeluaran konsumen dan peralihan ke kendaraan listrik dapat membatasi kenaikan permintaan minyak dalam waktu dekat.

Analisis Teknikal

Berdasarkan analisis teknikal, Trading Central mengidentifikasi bahwa US Oil masih berada dalam tren bearish, dengan level pivot di 69.30. Selama harga bergerak di bawah level ini, penurunan berpotensi menguji area support di 66.40-64.00.

Sebagai skenario alternatif, Trading Central juga memperkirakan bahwa jika harga menembus di atas 69.30, maka arah pergerakan akan berlanjut naik untuk menguji area resistance di 69.90-70.65.

Resistance 1: 69.30, Resistance 2: 69.90, Resistance 3: 70.65

Support 1: 66.40,  Support 2: 65.30, Support 3: 64.00

image-artikel