Trading Opportunity Pair (TOP)
Market Summary
Pound Sterling (GBP) menunjukkan stabilitas pada Selasa setelah beberapa hari mengalami volatilitas akibat kebijakan tarif luas yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump. Kebijakan ini memicu kekhawatiran akan potensi resesi global, berdampak langsung pada pasar keuangan dan mata uang global, termasuk GBP/USD.
Sterling terakhir tercatat naik 0,1% terhadap dollar AS di $1,2747, meskipun sempat mengalami penurunan sekitar 1,4% sejak pengumuman tarif pada awal April. Peningkatan ini terjadi di tengah tekanan akibat kekhawatiran terhadap resesi yang meluas, meskipun Inggris mendapatkan perlakuan tarif yang lebih rendah dibandingkan Uni Eropa.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyatakan bahwa Inggris akan berupaya menjalin kemitraan ekonomi dengan AS dan mengurangi hambatan perdagangan dengan mitra utama lainnya. Namun, pemerintah juga menegaskan bahwa kenaikan tarif tidak akan menjadi alasan untuk melonggarkan aturan fiskal, meskipun situasi ini memengaruhi pasar obligasi.
Pasar obligasi Inggris menunjukkan lonjakan imbal hasil obligasi 30 tahun hampir 20 basis poin, kenaikan terbesar dalam sehari sejak akhir 2022. Peningkatan hasil ini mencerminkan kekhawatiran atas stabilitas keuangan pemerintah, yang berdampak negatif pada mata uang. Hubungan tradisional antara hasil obligasi yang lebih tinggi dan dukungan terhadap mata uang tampaknya tidak berlaku dalam kondisi ketidakpastian fiskal saat ini.
Di sisi lain, Bank of England (BoE) diperkirakan akan memangkas suku bunga pada pertemuan awal Mei untuk meredam dampak tarif terhadap ekonomi yang sudah melambat. Namun, prospek kebijakan moneter jangka panjang masih dipertanyakan, dengan ketidakpastian mengenai inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Pound Sterling juga berada di bawah tekanan sebagai mata uang “high beta,” yang cenderung bergerak lebih tajam dibandingkan pasar secara umum. Hal ini membuatnya rentan terhadap perubahan sentimen pasar, terutama di tengah kekhawatiran perdagangan global. Dibandingkan Euro, Pound telah kehilangan hampir 3% dalam sepekan terakhir, sementara Euro mendapat keuntungan dari arus keluar modal dari dollar AS.
Selain itu, risiko meningkatnya dumping produk dari China akibat perang dagang AS-China menambah tekanan pada bisnis di Inggris. Kompetisi harga yang ketat dapat merusak aktivitas bisnis domestik Inggris, yang berpotensi memengaruhi performa Pound Sterling lebih lanjut.
Ke depan, data ekonomi utama seperti CPI AS dan PDB bulanan Inggris untuk Februari akan menjadi penggerak utama pasar minggu ini. Investor akan terus mencermati perkembangan kebijakan tarif dan respons kebijakan moneter untuk menentukan arah GBP/USD berikutnya.
Analisis Teknikal
Pada time frame H4, analisis Trading Central menunjukkan potensi pergerakan bullish GBP/USD dengan level pivot di 1.2700. Selama harga bertahan di atas level tersebut, terdapat peluang untuk menguji area resistance di 1.2850 hingga 1.2990.
Namun, jika harga bergerak turun di bawah 1.2700, skenario alternatif menunjukkan potensi penurunan lebih lanjut menuju area support di 1.2650 hingga 1.2600
Resistance 1: 1.2850 Resistance 2: 1.2930 Resistance 3: 1.2990
Support1: 1.2700 Support 2: 1.2650 Support 3: 1.2600