Trading Opportunity Pair (TOP)
Market Summary
Harga minyak mengalami kenaikan pada hari Rabu, didorong oleh kekhawatiran pasokan global serta penurunan stok minyak mentah di Amerika Serikat yang lebih besar dari perkiraan. Langkah pemerintah AS untuk membatasi ekspor minyak dari Venezuela dan Iran juga menjadi faktor utama yang mendukung kenaikan harga ini.
Harga minyak mentah Brent naik 15 sen atau sekitar 0,21% menjadi $73,22 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS meningkat 16 sen atau 0,23% menjadi $69,16 per barel pada pukul 07:23 GMT. Analis menyatakan bahwa harga minyak tetap berada dalam tren bullish setelah sanksi yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump terhadap minyak Venezuela, yang menimbulkan kekhawatiran terkait sisi pasokan.
Langkah ini dimulai pada hari Senin, ketika Presiden Trump menandatangani perintah eksekutif yang memungkinkan pemerintahannya untuk memberlakukan tarif sebesar 25% terhadap impor dari negara-negara yang membeli minyak mentah dan bahan bakar cair dari Venezuela. Minyak adalah komoditas ekspor utama Venezuela, dengan China sebagai pembeli terbesar. Namun, perdagangan minyak Venezuela ke China terhenti pada hari Selasa karena para pedagang dan penyuling di China menunggu arahan lebih lanjut mengenai penerapan sanksi ini.
Selain Venezuela, AS juga memberlakukan sanksi baru terhadap ekspor minyak Iran. Sanksi ini menargetkan entitas seperti Shouguang Luqing Petrochemical, sebuah kilang independen di provinsi Shandong, Tiongkok, serta kapal-kapal yang mengirimkan minyak ke kilang tersebut. Langkah ini semakin memperketat pasokan minyak dari Iran ke China, yang merupakan pembeli utama minyak mentah Iran.
Pasar minyak juga didukung oleh laporan dari American Petroleum Institute (API) yang menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS turun sebesar 4,6 juta barel pada pekan lalu, lebih besar dari prediksi para analis yang hanya memperkirakan penurunan sebesar 1 juta barel. Penurunan ini menunjukkan adanya permintaan yang kuat untuk bahan bakar di ekonomi terbesar dunia tersebut. Data resmi dari pemerintah AS mengenai stok minyak akan dirilis pada hari Rabu.
Namun, kenaikan harga minyak ini dipandang sebagai fenomena sementara. Salah satu analis mengatakan bahwa potensi perlambatan ekonomi akibat kebijakan tarif yang diterapkan Trump dapat membatasi kenaikan harga minyak lebih lanjut. Di sisi lain, para eksekutif dari perusahaan perdagangan komoditas global memperkirakan pasar minyak akan tetap dalam kondisi yang baik dengan pasokan mencukupi sepanjang tahun ini, meskipun kekhawatiran terhadap pertumbuhan permintaan global masih ada.
Sebagai faktor yang membatasi kenaikan harga minyak, AS berhasil mencapai kesepakatan dengan Ukraina dan Rusia untuk menghentikan serangan di laut dan terhadap infrastruktur energi. Sebagai bagian dari kesepakatan ini, Washington akan mendorong pencabutan beberapa sanksi terhadap Moskow. Meski demikian, baik Kyiv maupun Moskow menyatakan skeptis terhadap komitmen pihak lain untuk mematuhi kesepakatan tersebut.
Fokus pasar selanjutnya adalah data cadangan minyak AS dari Energy Information Administration (EIA) yang dijadwalkan rilis malam ini. Perkiraan awal menunjukkan peningkatan cadangan sebesar 1,5 juta barel pada minggu lalu. Jika hasilnya melampaui perkiraan, harga minyak berpotensi terkoreksi. Sebaliknya, jika data menunjukkan penurunan cadangan, harga minyak kemungkinan akan kembali terdorong naik.
Analisis Teknikal
Secara teknikal, analisis Trading Central menunjukkan bahwa harga minyak berpeluang tetap bullish pada time frame H4, dengan level pivot berada di 68,55. Selama harga bertahan di atas level ini, kenaikan diperkirakan dapat berlanjut hingga menguji area resistance di kisaran 69,70-70,45.
Sebagai alternatif skenario, jika harga turun dan menembus di bawah level 68,55, arah pergerakan kemungkinan akan berbalik melemah untuk menguji area support di kisaran 68,30-67,95.
Resistance 1: 69,70, Resistance 2: 70,10, Resistance 3: 70,45
Support1: 68,55, Support 2: 68,30, Support 3: 67,95
