Market Summary
Trading US Oil menjelang Crude Oil Inventories menjadi perhatian utama pelaku pasar saat ini. Tekanan geopolitik dan ekspektasi pasar terhadap data persediaan minyak mentah AS turut memengaruhi arah pergerakan harga. Analisis teknikal menunjukkan adanya potensi penurunan lanjutan, namun tetap terbuka peluang pembalikan arah jika data dan harga bereaksi berbeda dari ekspektasi.
Harga Minyak Melemah Tipis di Tengah Ketidakpastian Geopolitik
Harga minyak dunia mengalami sedikit penurunan pada hari Rabu seiring para investor menantikan perkembangan terbaru dari kebijakan Presiden AS, Donald Trump, terkait tenggat waktu yang lebih ketat untuk Rusia mengakhiri perang di Ukraina serta ancaman tarif terhadap negara-negara yang memperdagangkan minyak Rusia.
Kontrak berjangka Brent yang paling aktif turun sebesar 17 sen atau 0,24% menjadi $71,52 per barel pada pukul 08.39 GMT. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 11 sen atau 0,14% menjadi $69,12 per barel. Kontrak Brent untuk pengiriman September, yang akan berakhir hari ini, juga turun 11 sen atau 0,15% menjadi $72,40. Sebelumnya, kedua kontrak tersebut ditutup pada level tertinggi sejak 20 Juni.
Tekanan Tarif Baru AS Terhadap Rusia dan Dampaknya ke Pasar Minyak
Presiden Trump menyatakan bahwa ia akan mulai memberlakukan tindakan tegas terhadap Rusia, termasuk tarif sekunder sebesar 100% terhadap mitra dagangnya, jika Rusia tidak menunjukkan kemajuan dalam mengakhiri konflik dalam waktu 10 hingga 12 hari. Ini mempercepat tenggat waktu sebelumnya yang ditetapkan selama 50 hari.
Langkah ini memberi tekanan besar pada dua negara utama yang mengimpor minyak Rusia, yakni China dan India. India dianggap lebih rentan karena ketergantungannya yang tinggi terhadap pasokan minyak Rusia. Dalam kondisi seperti ini, negara-negara lain seperti Arab Saudi dan anggota OPEC lainnya diperkirakan akan meningkatkan produksi untuk menutupi kekurangan pasokan, meski butuh waktu untuk menyesuaikan distribusi global.
Potensi Gangguan Pasokan dan Kenaikan Harga Jangka Pendek
Jika India mematuhi sanksi baru dari AS, sekitar 2,3 juta barel per hari ekspor minyak Rusia bisa terdampak. Risiko pasokan ini telah mendorong premi risiko harga sebesar $4 hingga $5 per barel dalam beberapa hari terakhir, dan diperkirakan akan tetap ada kecuali Rusia mengambil langkah yang lebih damai.
Sementara itu, AS juga memperingatkan China—pembeli minyak Rusia terbesar di dunia—bahwa mereka dapat dikenakan tarif tinggi jika tetap melanjutkan pembelian dari Rusia.
Pasar Tetap Waspada Meski Ekspor Rusia Dinilai Tangguh
Meski ada tekanan dari AS, beberapa analis memprediksi bahwa ekspor minyak Rusia tidak akan segera menghilang dari pasar global. Rusia dinilai cukup mampu mengatasi sanksi Barat sejak awal invasi ke Ukraina, menjadikan sistem pembatasan harga kurang efektif. Selain itu, rendahnya harga energi tetap menjadi prioritas bagi pemerintahan Trump, yang mungkin akan mempertimbangkan ulang kebijakan jangka panjang demi kestabilan harga domestik.
Sentimen Pasar Menjelang Data Crude Oil Inventories
Di sisi lain, harga minyak mendapat tekanan dari laporan American Petroleum Institute (API). Laporan tersebut mencatat peningkatan tak terduga dalam persediaan minyak mentah AS. API melaporkan kenaikan sebesar 1,5 juta barel, berlawanan dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan 2,5 juta barel. Lonjakan ini memberi sinyal bahwa permintaan domestik di AS mungkin melemah atau produksi meningkat. Kondisi ini berpotensi menekan harga dalam jangka pendek.
Sementara itu, pelaku pasar kini menantikan data resmi dari Energy Information Administration (EIA) yang akan dirilis malam ini. Konsensus pasar saat ini memperkirakan penurunan sebesar 2,3 juta barel dalam Crude Oil Inventories. Namun, apabila data EIA justru menunjukkan kenaikan stok—mengonfirmasi laporan API—maka harga minyak bisa menghadapi tekanan lanjutan karena menandakan kelebihan pasokan di pasar AS.
Sebaliknya, jika data EIA sesuai atau bahkan lebih rendah dari ekspektasi penurunan, hal ini dapat memberikan dukungan pada harga minyak dan meredakan kekhawatiran atas lemahnya permintaan.
Analisis Teknikal
Dari sisi teknikal, analisis Trading Central menunjukkan bahwa pergerakan harga US Oil masih dalam tekanan bearish pada time frame H4. Level pivot berada di kisaran 69,75. Selama harga bergerak di bawah level ini, tekanan jual diperkirakan akan berlanjut. Target penurunan berada di area support 68,00 hingga 66,50.
Sebagai skenario alternatif, jika harga mampu menembus dan bertahan di atas 69,75, maka ada peluang pembalikan arah menuju tren naik. Dalam kondisi tersebut, harga berpotensi menguji area resistance di kisaran 70,10 hingga 70,50.
Resistance 1: 69,75 Resistance 2: 70,10 Resistance 3: 70,50
Support1: 68,00 Support 2: 67,20 Support 3: 66,50
Dapatkan update seputar trading di tpfx.co.id . Buka akun demonya disini GRATISS. Semoga artikel ini memberikan wawasan yang berguna dan membantu dalam perjalanan trading Anda.