Market Summary
Indeks saham global mengalami tekanan pada hari Jumat setelah Presiden Amerika Serikat mengesahkan rancangan undang-undang pemotongan pajak yang kontroversial dan memunculkan ketidakpastian baru menjelang tenggat waktu 9 Juli untuk menyelesaikan kesepakatan dagang dengan berbagai negara. Fokus investor kini beralih ke potensi kenaikan tarif secara tajam apabila kesepakatan tidak tercapai sebelum tanggal tersebut.
Indeks STOXX 600 pan-Eropa turun sebesar 0,5%, dengan saham sektor perbankan, pertambangan, dan ritel mencatatkan kinerja terburuk. Sementara itu, kontrak berjangka indeks S&P 500 AS turun 0,6%, menyusul kenaikan 0,8% pada sesi sebelumnya yang membawa indeks ke level penutupan tertinggi sepanjang masa. Wall Street tutup pada hari Jumat dalam rangka libur Hari Kemerdekaan AS.
Ketidakpastian Tarif Picu Kekhawatiran Investor
Presiden AS menyatakan bahwa pemerintahannya mulai mengirimkan surat kepada negara-negara mitra dagang untuk menginformasikan tarif ekspor yang akan dikenakan ke pasar AS. Pernyataan ini menjadi sinyal bahwa pendekatan negosiasi telah berubah dari sebelumnya yang berfokus pada perjanjian bilateral.
Kurangnya kepastian ini dianggap menjadi penyebab utama melemahnya bursa saham Asia yang sangat bergantung pada ekspor, terutama di Jepang dan Korea Selatan. Investor kini bersikap menunggu menjelang tenggat waktu 9 Juli, sambil mempertimbangkan risiko terhadap prospek perdagangan global.
Laporan Ketenagakerjaan AS Dorong Sentimen Positif Sementara
Meskipun terdapat tekanan dari sisi geopolitik dan perdagangan, laporan tenaga kerja AS yang lebih kuat dari perkiraan memberikan sentimen positif kepada pasar. Seluruh indeks saham utama AS menguat dalam sesi perdagangan pendek pada hari Kamis, mencerminkan ketahanan ekonomi AS di tengah ketidakpastian global.
Hal ini memberikan keyakinan bahwa pasar masih memiliki ruang untuk terus tumbuh, meskipun tekanan fiskal dan kebijakan tarif menjadi ancaman jangka menengah.
Tagihan Pengeluaran Disahkan, Tapi Tambah Beban Utang AS
Setelah penutupan pasar Kamis, DPR AS secara tipis mengesahkan undang-undang setebal 869 halaman yang mencegah kemungkinan gagal bayar pemerintah dalam jangka pendek. Namun, kebijakan tersebut diperkirakan akan menambah sekitar $3,4 triliun ke utang nasional, dengan belanja difokuskan pada keamanan perbatasan dan militer.
Kondisi ini menambah kekhawatiran investor terhadap posisi fiskal AS, terutama di tengah perlambatan perjanjian perdagangan yang sebelumnya diharapkan akan cepat rampung.
Pasar Mata Uang dan Emas Reaktif Terhadap Ketidakpastian
Indeks dolar AS melemah 0,1% menjadi 96,94, setelah sempat mencatatkan penguatan 0,4% pada hari Kamis. Secara keseluruhan, dolar AS mengalami semester pertama terburuk sejak 1973. Ketidakpastian terhadap kebijakan perdagangan dan lonjakan utang nasional menjadi faktor utama pelemahan tersebut.
Euro menguat 0,2% ke level $1,1778, sementara pound sterling stabil di $1,3662, seiring meredanya kekhawatiran pasar terhadap situasi politik di Inggris.
Sementara itu, harga emas menguat 0,4% ke level $3.336 per ons, menandai kenaikan mingguan karena investor kembali mencari aset aman (safe haven) di tengah kekhawatiran atas prospek fiskal dan ketegangan perdagangan global.
Imbal Hasil Obligasi Naik di Tengah Libur Pasar AS
Pasar obligasi AS tutup pada hari Jumat, namun pada hari Kamis imbal hasil obligasi 10-tahun naik 4,7 basis poin menjadi 4,34%, sedangkan imbal hasil obligasi 2-tahun melonjak 9,3 basis poin ke 3,882%. Kenaikan ini mencerminkan ekspektasi pasar terhadap lonjakan belanja pemerintah dan potensi tekanan inflasi dalam jangka menengah.
WEEK AHEAD
(07-11 Juli 2025)
Pada pekan mendatang, perhatian investor global akan tertuju pada perkembangan kebijakan perdagangan Amerika Serikat, seiring mendekatnya tenggat waktu 9 Juli. Tanggal tersebut menandai berakhirnya masa penangguhan tarif impor yang diumumkan pada bulan April lalu. Pemerintahan AS telah mulai mengirimkan surat resmi kepada mitra dagangnya, berisi rincian tarif yang akan diberlakukan jika tidak tercapai kesepakatan baru.
Hingga 4 Juli, hanya tiga kesepakatan yang dikonfirmasi: dengan Inggris, Vietnam, dan satu kesepakatan kerangka (framework agreement) dengan China. Minimnya hasil ini meningkatkan kekhawatiran akan kemungkinan lonjakan tarif dalam waktu dekat. Berikut beberapa peristiwa yang akan mempengaruhi pasar keuangan dan saham global pada khususnya di beberapa benua
Amerika: Tenggat Tarif AS & Awal Musim Laporan Keuangan
Di Amerika Serikat, pasar akan sangat fokus pada tenggat waktu 9 Juli, yang menandai akhir dari masa penangguhan tarif impor yang diberlakukan sejak April. Pemerintahan AS telah mengirimkan surat resmi kepada mitra dagang dengan rincian tarif baru, dan jika tidak ada kesepakatan tambahan, tarif impor bisa melonjak secara signifikan.
Selain isu perdagangan, investor juga menantikan rilis risalah rapat FOMC. Pasar masih mencari petunjuk terkait arah kebijakan suku bunga The Fed. Sikap hati-hati tetap dipegang oleh pimpinan bank sentral AS.
Musim laporan keuangan kuartal kedua juga mulai bergulir. Delta Air Lines dan Conagra Brands dijadwalkan merilis laporan kinerja mereka pada Kamis.
Dari sisi data ekonomi, kalender minggu depan tergolong ringan. Fokus pasar akan tertuju pada data klaim pengangguran mingguan, kredit konsumen, indeks sentimen usaha kecil NFIB, dan laporan anggaran federal.
Di Kanada, pasar menanti laporan ketenagakerjaan bulan Juni serta indeks PMI Ivey.
Eropa: Fokus pada Produksi Industri & Data Inflasi
Di Eropa, data ekonomi utama akan datang dari Jerman, yang diperkirakan kembali mencatatkan penurunan produksi industri, mencerminkan lemahnya aktivitas manufaktur di ekonomi terbesar kawasan tersebut. Penjualan ritel Zona Euro juga diperkirakan menurun untuk pertama kalinya dalam lima bulan terakhir.
Beberapa data penting lainnya yang akan dirilis termasuk neraca perdagangan Jerman dan Prancis, harga grosir Jerman, serta data produksi industri dari Italia. Sementara itu, Swiss akan mengumumkan survei kepercayaan konsumen.
Di Inggris, perhatian investor akan tertuju pada data GDP bulanan, produksi industri, neraca perdagangan, serta indeks harga rumah Halifax. Data inflasi final bulan Juni dari Jerman, Italia, dan Prancis juga akan mencuri perhatian pasar.
Asia-Pasifik: Kebijakan Moneter dan Inflasi China Jadi Kunci
Kawasan Asia-Pasifik akan dipenuhi agenda ekonomi penting, dimulai dari China, yang akan merilis data inflasi konsumen dan produsen. Harga konsumen diperkirakan tidak mengalami perubahan secara tahunan, sementara deflasi harga produsen diprediksi sedikit mereda tetapi tetap mencatat penurunan 3,2%.
Di Jepang, sejumlah indikator utama akan dirilis seperti data upah, neraca berjalan, pesanan mesin, dan harga produsen.
Dari sisi kebijakan moneter, Reserve Bank of Australia (RBA) dijadwalkan mengumumkan suku bunga, dengan ekspektasi pemangkasan 25 basis poin ketiga tahun ini. Di Selandia Baru, bank sentral diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan di 3,25%.
Data Mingguan Perdagangan Emas (30 Juni – 04 Juli 2025)
Open : 3.278,14 High : 3.365,77 Low : 3.247,42 Close : 3335,38 Range : 118,35
GOLD PRE ANALYSIS
WEEKLY VALUE AREA
WEEKLY SUPPORT | WEEKLY RESISTANCE |
S1 3.267 | R1 3.385 |
S2 3.198 | R2 3.434 |
S3 3.148 | R3 3.503 |
Gold Outlook : Bearish
Data Mingguan Perdagangan US Crude Oil (30 Juni – 04 Juli 2025)
Open : 65,05 High : 67,56 Low : 64,51 Close : 66,40 Range : 3,05 OIL PRE ANALYSIS
WEEKLY VALUE AREA
WEEKLY SUPPORT | WEEKLY RESISTANCE |
S1 64,75 | R1 67,80 |
S2 63,11 | R2 69,21 |
S3 61,70 | R3 70,85 |
Oil Outlook : Bullish
Dapatkan update seputar Pasar saham global trading di tpfx.co.id . Buka akun demonya disini GRATISS. Semoga artikel ini memberikan wawasan yang berguna dan membantu dalam perjalanan trading Anda.
Selamat trading dan semoga sukses!