Market Summary
Harga minyak mentah dunia cenderung melemah di sesi perdagangan Asia hari Rabu (waktu setempat), setelah mencatatkan lonjakan hampir 4% pada sesi sebelumnya. Pelemahan ini mencerminkan sikap hati-hati pasar dalam menghadapi potensi gangguan pasokan dari konflik Iran-Israel serta prospek kebijakan suku bunga The Fed yang dapat memengaruhi permintaan minyak.
Brent dan WTI Terkoreksi
Harga Brent crude tercatat turun 35 sen atau 0,5% ke level $76,10 per barel pada pukul 14:23 WIB, sementara West Texas Intermediate (WTI) melemah 23 sen atau 0,3% ke $74,61 per barel. Padahal di awal sesi, keduanya sempat menguat tipis sekitar 0,3% hingga 0,5%.
Penurunan ini terjadi setelah penguatan tajam sehari sebelumnya, yang didorong oleh meningkatnya eskalasi geopolitik di Timur Tengah serta kekhawatiran pasar terhadap potensi terganggunya distribusi minyak global.
Risiko Gangguan Pasokan dari Selat Hormuz
Pasar minyak tetap sensitif terhadap perkembangan konflik antara Iran dan Israel. Selat Hormuz, yang menjadi jalur utama sekitar 20% ekspor minyak dunia melalui laut, kembali menjadi titik fokus utama.
Iran sebagai produsen minyak terbesar ketiga di OPEC saat ini memproduksi sekitar 3,3 juta barel per hari (bpd). Meskipun demikian, kapasitas cadangan produksi dari negara-negara OPEC+ dinilai masih mampu menutupi potensi kehilangan pasokan dari Iran.
Namun, analis menilai bahwa gangguan signifikan terhadap produksi atau infrastruktur ekspor Iran bisa memberikan tekanan naik yang lebih besar pada harga minyak.
Prospek Suku Bunga AS Bisa Memengaruhi Permintaan
Selain faktor geopolitik, pelaku pasar juga mencermati arah kebijakan suku bunga acuan AS. The Federal Reserve diperkirakan mempertahankan suku bunganya dalam kisaran 4,25% hingga 4,50% dalam pertemuan keduanya pekan ini.
Namun, dengan risiko pertumbuhan global yang melambat dan tensi geopolitik yang meningkat, beberapa analis memperkirakan The Fed dapat memangkas suku bunga lebih awal dari ekspektasi pasar, bahkan bisa terjadi secepatnya pada bulan Juli.
Pemangkasan suku bunga biasanya mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi, termasuk minyak. Tapi di sisi lain, konflik di Timur Tengah juga bisa menciptakan tekanan inflasi baru melalui lonjakan harga energi, yang bisa menyulitkan keputusan The Fed.
Sentimen Teknikal Masih Positif untuk Minyak
Secara teknikal, beberapa analis menilai potensi bullish jangka pendek masih terbuka, terutama untuk harga WTI.
Sentimen ini didukung oleh ketegangan geopolitik yang terus meningkat. Selain itu, posisi beli bersih (net long) dari spekulan besar di pasar berjangka masih tergolong rendah.
Situasi ini membuka ruang bagi reli lanjutan. Potensi penguatan bisa makin besar jika terjadi eskalasi baru di Timur Tengah atau sinyal dovish dari The Fed.
Analisis Teknikal
Dari sisi teknikal, analisis Trading Central menunjukkan bahwa harga minyak masih cenderung bullish pada time frame H4, dengan level pivot di 72,00. Selama harga bertahan di atas level ini, potensi kenaikan tetap terbuka untuk menguji area resistance di kisaran 74,00–76,45.
Sebagai skenario alternatif, jika harga turun di bawah 72,00, maka pergerakan selanjutnya diperkirakan mengarah ke area support di 70,95–69,60.
Resistance 1: 74,00 Resistance 2: 75,50 Resistance 3: 76,65
Support1: 72,00 Support 2: 70,95 Support 3: 69,60
Dapatkan update seputar trading di tpfx.co.id . Buka akun demonya disini GRATISS. Semoga artikel ini memberikan wawasan yang berguna dan membantu dalam perjalanan trading Anda.