Trading Opportunity Pair (TOP)
Market Summary
Pasangan mata uang USD/JPY mencatatkan pelemahan Yen Jepang (JPY) hingga menyentuh level terendah tiga minggu, dipicu oleh keputusan dovish Bank of Japan (BoJ) dan pernyataan Gubernur BoJ, Kazuo Ueda. Dalam konferensi pers pasca-rapat, Ueda menyatakan bahwa target inflasi 2% akan tercapai lebih lambat dari yang diharapkan, menurunkan ekspektasi kenaikan suku bunga pada bulan Juni atau Juli. Sentimen ini terus membebani performa Yen di tengah kebijakan moneter yang tetap longgar.
Sementara itu, optimisme pasar atas potensi de-eskalasi perang dagang AS-China menambah tekanan terhadap mata uang safe-haven seperti Yen. Pernyataan Presiden AS Donald Trump, yang menyebutkan adanya peluang kesepakatan perdagangan dengan negara-negara besar termasuk China, India, dan Jepang, memperkuat sentimen risiko. Kombinasi dari pelemahan Yen dan penguatan dollar AS (USD) mendorong pasangan USD/JPY naik ke kisaran 144,50 selama sesi perdagangan Eropa. Namun, ekspektasi bahwa Federal Reserve akan kembali melanjutkan siklus pemotongan suku bunga pada akhir tahun bisa membatasi penguatan USD lebih lanjut.
Bank of Japan mempertahankan suku bunga kebijakan di level 0,5% seperti yang diantisipasi pasar, meskipun menurunkan proyeksi inflasi inti (CPI) untuk tahun fiskal 2026 dari 2,0% menjadi 1,7%. Dalam proyeksi lebih jauh, BoJ memperkirakan inflasi akan mendekati target 2% pada paruh kedua periode proyeksi hingga tahun 2027. Namun, ketidakpastian global, termasuk dampak kebijakan tarif AS, diakui dapat memengaruhi arah kebijakan moneter ke depannya.
Di sisi lain, data PMI Manufaktur Jepang dari au Jibun Bank menunjukkan perbaikan kecil ke level 48,7 pada April, dibandingkan dengan 48,5 pada estimasi awal. Meski lebih baik dari level rendah sebelumnya, data ini tetap menunjukkan kontraksi selama sepuluh bulan berturut-turut, menandakan lemahnya aktivitas sektor manufaktur di Jepang.
Sementara itu, data ekonomi AS memberikan dorongan positif bagi dollar. Laporan ADP menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja sektor swasta sebesar 62.000 pada bulan April, meskipun jauh lebih rendah dari ekspektasi. Namun, data lain, seperti indeks harga PCE inti yang melambat ke 2,6% dan revisi penurunan pertumbuhan ekonomi kuartal pertama menjadi -0,3%, menegaskan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi AS.
Ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga hingga 100 basis poin pada akhir tahun menciptakan dinamika kompleks bagi pasangan USD/JPY. Di satu sisi, pelemahan Yen membuat mata uang ini rentan, tetapi di sisi lain, prospek pelonggaran moneter Fed dapat menjadi penghambat penguatan USD lebih lanjut.
Data Ekonomi yang Ditunggu Pasar
Pasar kini menantikan rilis klaim pengangguran dan survei manufaktur ISM pada hari Kamis. Namun, fokus utama akan tertuju pada laporan ketenagakerjaan bulan April yang dijadwalkan Jumat. Perkiraan awal menunjukkan perlambatan perekrutan menjadi sekitar 130.000 pekerjaan baru, yang akan menjadi indikator penting untuk menilai risiko resesi lebih lanjut.
Analisis Teknikal
Dari sisi teknikal, analisis Trading Central menunjukkan bahwa pasangan USD/JPY masih memiliki kecenderungan bullish pada time frame H4, dengan level pivot di 143.60. Selama harga bertahan di atas level tersebut, potensi pergerakan selanjutnya adalah naik untuk menguji resistance di kisaran 144.75-145.60.
Sebagai alternatif skenario, Trading Central juga mencatat bahwa jika harga bergerak turun menembus level 143.60, maka pergerakan selanjutnya kemungkinan akan menguji support di kisaran 143.20-142.85.
Resistance 1: 144.75 Resistance 2: 145.00 Resistance 3: 145.60
Support1: 143.60 Support 2: 143.20 Support 3: 142.85