Trading Opportunity Pair (TOP)
Market Summary
Harga minyak mentah menunjukkan stabilitas pada Jumat, meskipun masih berada di jalur penurunan mingguan kedua berturut-turut. Sentimen pasar tetap tertekan oleh kekhawatiran investor terkait eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang berpotensi melemahkan permintaan minyak global.
Pada perdagangan hari Jumat, kontrak berjangka Brent tercatat turun tipis sebesar 0,05% menjadi $63,30 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) naik tipis 0,03% menjadi $60,09 per barel. Meski ada sedikit kenaikan, secara mingguan, Brent dan WTI diperkirakan akan mencatatkan penurunan masing-masing sebesar 3,5% dan 3%, melanjutkan tren penurunan tajam sekitar 11% yang terjadi minggu lalu.
Dalam pekan ini, Brent sempat menyentuh level di bawah $60 per barel, titik terendah sejak Februari 2021. Tekanan ini muncul setelah China mengumumkan tarif impor sebesar 125% terhadap produk Amerika Serikat, sebagai respons terhadap kebijakan tarif baru AS yang dinaikkan menjadi 145%. Ketegangan perdagangan ini diprediksi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global, mengurangi volume perdagangan, dan mengganggu jalur distribusi.
Lembaga seperti BMI dan EIA mencatat bahwa ketidakpastian yang disebabkan oleh perang dagang memberikan tekanan signifikan terhadap harga minyak. Proyeksi permintaan minyak untuk tahun ini dan tahun depan juga diturunkan, seiring dengan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Menurut ANZ Bank, konsumsi minyak bisa turun hingga 1% jika pertumbuhan ekonomi global jatuh di bawah 3%.
Kondisi pasar yang penuh ketidakpastian ini mempertegas bahwa faktor geopolitik dan kebijakan perdagangan memiliki dampak besar terhadap dinamika harga minyak mentah. Meskipun ada sedikit rebound pada akhir pekan, outlook pasar masih dipenuhi risiko hingga ada penyelesaian konflik dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia ini.
Fokus pasar kini juga mengarah pada data Producer Price Index (PPI) AS, yang diproyeksikan naik 0,2% pada Maret setelah stagnan (0,0%) pada bulan sebelumnya. Namun, mengingat data Consumer Price Index (CPI) AS yang dirilis lebih rendah dari perkiraan, ada kemungkinan angka PPI juga akan mencatatkan hasil di bawah ekspektasi. Penurunan angka inflasi ini dapat membuka peluang pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve. Kebijakan tersebut berpotensi melemahkan nilai dolar AS, yang pada akhirnya dapat memberikan keuntungan bagi harga minyak.
Analisis Teknikal
Dari perspektif teknikal, analisis Trading Central menunjukkan bahwa pergerakan US Oil pada time frame H4 masih cenderung bullish, dengan level pivot di 59,50. Selama harga bertahan di atas level ini, terdapat potensi kenaikan yang dapat menguji area resistance di kisaran 62,20–64,90.
Sebagai skenario alternatif, jika harga bergerak turun di bawah 59,50, tren bearish berpeluang berlanjut dengan target support di area 58,20–56,60.
Resistance 1: 62,20 Resistance 2: 63,30 Resistance 3: 64,90
Support1: 59,50 Support 2: 58,20 Support 3: 56,60
Pergerakan emas pada time frame H4 menunjukkan tren naik yang kuat setelah menembus area pivot di 3.139,290 dan kini mendekati resistance R1 di 3.207,240. Kenaikan harga ini didukung oleh posisi candle yang konsisten di atas garis SMA 50, serta RSI yang telah menembus level 70, menandakan kondisi overbought namun tetap mencerminkan momentum bullish yang dominan. Jika R1 berhasil ditembus, target selanjutnya berada di R2 pada 3.244,290.
Pergerakan harga minyak pada time frame H4 terlihat masih berada dalam tekanan bearish setelah gagal bertahan di atas resistance R1 (62,74) dan kembali turun ke area pivot di 60,73. Harga saat ini juga masih berada di bawah garis SMA 50, menunjukkan dominasi tren turun. RSI yang berada di kisaran 45 memperkuat potensi tekanan jual masih berlangsung.
Dari perspektif teknikal, analisis Trading Central menunjukkan bahwa pergerakan emas masih cenderung bullish pada time frame H4, dengan level pivot berada di 3.078. Selama harga tetap bergerak di atas level tersebut, kemungkinan besar akan terjadi kenaikan lebih lanjut menuju area resistance di kisaran 3.167–3.200.
Harga emas pada grafik H4 menunjukkan adanya rebound tajam setelah sempat menembus area support kunci di 3.000 dan kini kembali menguji area resistance di sekitar 3.100 yang berdekatan dengan garis SMA 50. Jika harga gagal menembus dan bertahan di atas area ini, maka ada potensi penurunan kembali menuju 3.047 hingga 3.022.
Pergerakan US Oil pada grafik H4 menunjukkan pemantulan kuat dari area support S1 di 57,44 dan kini sedang menguji area resistance di sekitar 65,24. Kenaikan ini terjadi setelah tekanan jual tajam sebelumnya mendorong harga turun dari atas pada kisaran 72,00. Jika harga mampu menembus dan bertahan di atas resistance R1 di 65.240, maka peluang penguatan lanjutan menuju R2 di 67.97 hingga R3 di 73.04 akan terbuka.
Dari sisi teknikal, analisis Trading Central menunjukkan bahwa pasangan EUR/USD masih memiliki bias bullish pada time frame H4, dengan level pivot utama berada di 1.1000. Selama harga bertahan di atas level ini, pasangan ini berpotensi melanjutkan kenaikan menuju area resistance di 1.1090 hingga 1.1180.
Pergerakan emas pada time frame H4 menunjukkan tekanan turun yang semakin kuat setelah menembus ke bawah garis tren naik (uptrend line) yang terbentuk sejak akhir Februari. Penurunan ini diperkuat oleh posisi harga yang kini berada di bawah SMA 50, menandakan perubahan sentimen dari bullish ke bearish dalam jangka menengah. Koreksi naik sempat terjadi tetapi tertahan di bawah area resistance di level 3.022 dan 3.047, yang kini menjadi zona penting jika harga mencoba untuk rebound.

Pergerakan emas pada grafik H4 terlihat mengalami koreksi tajam setelah menyentuh area tertinggi (ATH) di sekitar 3.168. Saat ini harga berada di sekitar level 2.985, sedikit di atas support Fibonacci retracement 61,8% di 2.960. Jika level ini mampu menahan tekanan jual, ada potensi pemantulan kembali ke atas menuju area resistance terdekat di 3.000 dan 3.040.
Pergerakan US Oil pada grafik H4 tampak masih bergerak dalam tekanan bearish setelah mengalami penurunan tajam dari level tertinggi baru di kisaran 72,00 hingga menyentuh area sekitar 59,000. Saat ini harga sedang berkonsolidasi di sekitar level pivot 61,24, tepat di bawah area gap yang sebelumnya sempat ditutup. Jika harga mampu bertahan di atas level pivot dan berhasil menembus resistance 63,54, maka ada peluang kenaikan lanjutan menuju 66,16 hingga 68,46.
Dari sisi teknikal, analisis Trading Central menunjukkan bahwa pasangan USD/JPY berpotensi melanjutkan tren bullish pada time frame H4, dengan level pivot kunci berada di 144.60. Selama harga tetap berada di atas level tersebut, pasangan ini berpeluang untuk menguat menuju area resistance di kisaran 148.20 hingga 150.00.
Harga emas pada grafik H4 menunjukkan tekanan bearish yang semakin kuat setelah menembus support kunci di level Fibonacci 50,0% di 3.000. Penurunan ini membawa harga menuju area support berikutnya di level 61,8% Fibonacci retracement yang berada di sekitar 2.960. Saat ini, harga sedang menguji level tersebut, dan jika terjadi penutupan di bawah 2.960, maka penurunan berpotensi berlanjut ke support selanjutnya di 2.930 dan 2.905. Tekanan jual masih dominan dengan harga yang bergerak di bawah garis SMA 50 dan indikator RSI berada di bawah level 30, mencerminkan kondisi oversold namun belum menunjukkan sinyal pembalikan yang meyakinkan.
Pergerakan US Oil pada grafik H4 menunjukkan perubahan arah yang tajam dari tren bullish menjadi bearish setelah gagal menembus resistance 72,55 dan membentuk gap turun signifikan di bawah pivot point 63,30. Penurunan ini juga menembus support kunci 66,14 dan 69,71, yang kini bertindak sebagai resistance baru, diperkuat oleh posisi SMA 50 yang mulai bergerak di atas harga.
